GELORA.CO - Afif Maulana (13) siswa SMP Padang tewas diduga dianiaya polisi mengalami paru-paru robek dan tulang rusuk patah.
Adapun hasil autopsi Afif Maulana menunjukkan kondisi tubuh siswa SMP tersebut mengalami paru-paru robek dan tulang rusuk patah serta banyaknya luka di tubuh.
Mengenai luka di sekujur tubuh saat ditemukan tewas di Sungai Batang Kuranji Padang, pihak kepolisian kekeuh karena batu.
Seperti diketahui, keluarga meyakini bahwa Afif Maulana tewas akibat dianiaya polisi yang saat itu berpatroli untuk membubarkan tawuran di Jembatan Batang Kuranji, Jalan By Pass KM 9, Kelurahan Pasar Ambacang, Kecamatan Kuranji, Kota Padang.
Namun begitu polisi berkukuh bahwa penyebab Afif Maulana tewas akibat lompat ke sungai dangkal.
Paman Afif Maulana, Riki Maulana menerangkan bahwa terdapat luka memar pada bagian rusuk kiri korban.
"Ininya (rusuk kiri) merah, kayak dipukul, memar semua. Hasil otopsinya belum ada," kata Riki.
Direktur Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Padang, Indira Suryani menerangkan ditemukan banyak luka di sekujur tubuh Afif Maulana.
"Banyak luka di sekujur tubuh, punggung, telinganya berdarah, pergelang siku penuh lebam," kata Indira Suryani.
Menurutnya, luka yang terdapat di tubuh Afif Maulana di antaranya :
- Luka lebam di bagian pinggang sebelah kiri,
- Luka lebam di bagian punggung,
- Luka lebam di bagian pergelangan tangan dan siku,
- Pipi kiri membiru,
- Luka yang mengeluarkan darah di kepala bagian belakang dekat telinga.
Kapolda Sumbar Irjen Pol Suharyono berkukuh bahwa luka lebam pada jasad Afif Maulana diakibatkan benturan batu saat korban lompat untuk menghindari kejaran polisi.
"Di situ bebatuan karena sungai dangkal. Memang ada lebam diduga benturan batu saat Afif melompat dari ketinggian 75 meter," katanya.
Selain itu lebam pada jasad Afif Maulana pun diakibatkan timbul dari proses pembusukan mayat.
"Saat visum sebelum otopsi itu lebam mayat karena diduga beberapa jam korban ini meninggal," kata Irjen Pol Suharyono.
Ia menduga luka lebam tersebut akibat dari Afif Maulana melompat dari jembatan ke sungai dengan ketinggian 75 meter.
"Kami masih mendalami penyebab luka itu. Predisksi awal itu adalah terjadi benturan benda-benda, jatuhnya di batu-batu di sungai dangkal dan lebam mayat setelah meninggal," katanya.
Dugaan Afif Maulana melompat ke sungai muncul berdasar kesaksian Aditya, teman yang membonceng korban.
Kata Irjen Pol Suharyono, Afif Maulana sempat mengajak Aditya untuk melompat ke sungai.
"Afif mengajak Aditya mencebur ke sungai, tetapi Aditya tidak mau melakukan itu. Kami memeriksa Aditya, dia tidak melihat lagi Afif Maulana setelah mengajak sama-sama ke sungai," katanya.
Irjen Pol Suharyono membantah bahwa Afif Maulana tewas akibat disiksa anggota polisi yang membubarkan tawuran antar 4 geng di Padang.
"Tidak ada satu saksi pun yang melihat Afif dianiaya polisi. Karena satu-satunya saksi itu adalah Aditya, sudah berulang kali kami periksa tidak pernah melihat Afif Maulana," katanya.
Menurutnya saat polisi membawa 18 orang yang diduga hendak tawuran, polisi sama sekali tidak mengepung Afif Maulana.
"Sedangkan polisi sudah mengamankan barang bukti kemudian membawa tersangka lain, tidak ada yang mengerumi korban," kata Irjen Pol Suharyono.
Sedangkan dalam kesaksian Aditya, dia ditendang anggota Sabhara Polda Sumbar saat membonceng Afif Maulana.
Mereka terjatuh dari motor di Jembatan Kuranji.
Kemudian, Aditya dan Afif Maulana dipisahkan.
Ketika dibawa ke Polsek, Aditya mengaku melihat Afif Maulana dikepung polisi yang memegang kayu rotan.
Saat itulah Aditya terakhir kali melihat Afif Maulana.
Sebelumnya hasil autopsi korban Afif mengalami luka di sejumlah anggota tubuhnya.
Tak hanya itu, paru-parunya juga robek dan terdapat enam tulang rusuknya yang patah.
Diduga aksi penganiayaan yang dilakukan pelaku tergolong sadis.
Direktur Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Padang, Indira Suryani mengungkapkan, korban AM diduga meninggal karena dianiaya oleh anggota polisi.
Dugaan tersebut muncul usai LBH Padang melakukan investigasi terkait meninggalnya AM.
Dari hasil investigasi LBH Padang diketahui, AM dan beberapa temannya sempat dituduh akan melakukan tawuran.
Hal tersebut membuat polisi geram dan AM mendapatkan tindak penyiksaan anggota Sabhara Polda Sumatera Barat (Sumbar) yang berpatroli pada Sabtu (8/6/2024) malam hingga Minggu dini hari.
Keterangan tersebut didapatkan dari tujuh saksi yang sama-sama mengalami penyiksaan seperti AM.
Lima anak yang disiksa seusia dengan AM, sementara dua lainnya merupakan pemuda berusia 18 tahun.
Tangis Ayah Afif
Pecah tangis ayah siswa SMP yang tewas dan jasadnya ditemukan di bawah Jembatan Kuranji alan By Pass KM 9, Kelurahan Pasar Ambacang, Kecamatan Kuranji, Kota Padang.
Sebelum ditemukan tewas, korban berinisial AM berada di Jembatan Kuranji yang saat itu diduga sedang terjadi aksi tawuran sehingga polisi datang ke lokasi kejadian.
Polisi sempat mengamankan sejumlah orang yang diduga akan melakukan tawuran, namun kemudian dilepas dan hanya satu yang diperiksa intensif karena membawa senjata tajam.
Sementara ayah korban, Rinal mengatakan, sepengetahuannya Afif pergi berenang bersama sanak saudaranya pada 8 Juni 2024 dan pulang pukul 18.00 WIB.
Komunikasi terakhir terjadi pukul 22.30 WIB melalui video call WhatsApp.
Saat itu Afif mengaku berada di Cengkeh, Pasar Ambacang, Kecamatan Kuranji.
Afif mengatakan dia tengah berada di rumah temannya dan akan menonton bola pada pukul 23.30 WIB.
"Saya bertanya jam berapa dia pulang. Dia menjawab pukul 02.00 tetapi saya tegur dan suruh tidur di rumah temannya karena nantinya takut ada begal. Pada saat itu dia kirim video dia sedang memasak mi bersama teman-temannya," tutur Rinal, Kamis (20/6) sore.
Namun, Afif tak kunjung pulang.
Pada 9 Juni 2024 sekira pukul 11.00 WIB, Rinal kembali menelepon putranya, namun nomor handphonenya sudah tidak bisa dihubugi.
Beberapa jam kemudian, Rinal mendapatkan informasi dari Polsek Kuranji bahwa Aafif meninggal dunia karena tawuran dan diautopsi di Rumah Sakit Bayangkara.
"Selanjutnya membuat laporan ke Polresta dan diberitahu bahwa AM meninggal dunia karena tawuran sehingga mengalami robek patahan tulang rusak 6 robek paru-paru," tuturnya.
Rinal menceritakan, pada tubuh Afif ditemukan banyak luka lebam serta jejak sepatu pada bagian perut.
"Luka lebam banyak, di perut, di punggung, di pinggang, perut seperti jejak sepatu besar, tangan habis luka lebam. Ada luka, polisi bilang karena jatuh atau melompat, terus saya bilang tidak mungkin karena kalau jatuh patah-patah," ujarnya.
Menurut Rinal, Afif adalah anak yang baik. Dia tidak yakin putranya itu ikut tawuran seperti yang dikatakan polisi.
"Ada pula dikatakan karena tawuran, tetapi saya tidak yakin. Terutama melihat kejanggalan di tubuh korban. Kata temannya yang selamat dan saya temui, mereka tidak tawuran, saksi juga tidak ada yang melihat mereka tawuran,"imbuhnya.
Dia meminta Kapolri, Kapolda Sumbar, Kapolresta Padang mengusut tuntas kasus ini tersebut secara terbuka dan penganiaya anaknya diadili sesuai hukum yang berlaku.
"Saya tidak terima anak saya dianiaya terus ditaruh di bawah jembatan. Siapa tahu kalau dibawa ke rumah sakit nyawanya bisa tertolong. Kami tidak terima anak saya begini,"pungkasnya, seperti dikutip dari Tribun-Medan.com
Seperti diketahui, Minggu (9/6/2024), polisi menemukan jenazah remaja laki-laki tanpa identitas sekitar pukul 12.00 WIB.
Jasadnya tergeletak di bawah jembatan aliran Batang Kuranji, Jalan By Pass KM 9, Kelurahan Pasar Ambacang, Kecamatan Kuranji, Kota Padang.
Jenazah tersebut kemudian dibawa ke RS Bhayangkara Padang, kemudian dijemput pihak keluarga yang sebelumnya kehilangan salah seorang anggota keluarganya.
Jenazah telah diautopsi. Keluarga korban menerima fotokopi sertifikat kematian Nomor: SK / 34 / VI / 2024 / Rumkit dari Rumah Sakit Bhayangkara Polda Sumbar.
Atas peristiwa itu, ayah Afif membuat laporan ke Polresta Padang dengan laporan Nomor: LP/B/409/VI/2024/SPKT/POLRESTA PADANG/POLDA SUMATERA BARAT.
Sumber: tribunnews