GELORA.CO - Personel Satuan Tugas Mobile RI-PNG Batalion Infanteri 7 Marinir Letnan Satu (Lettu) Laut Eko Damara, 30, memilih mengakhiri hidupnya sendiri. Keputusan ini diambilnya diduga karena terlilit utang judi online mencapai Rp 819 juta.
Komandan Korps Marinir Mayjen Endi Supardi mengatakan, peristiwa bunuh diri terjadi pada Sabtu (27/4) sekitar Pukul 13.02 WIT. Saat itu Eko datang ke ruang kesehatan di Koramil Dekai, Kodim 1715 Yahokimo. Eko lalu memerintahkan Prada (Mar) Hasan dan Pratu (Mar) Agus agar keluar ruangan kesehatan.
Berselang dua menit, Prada Hasan dan Pratu Agus keluar dari ruang kesehatan. Pukul 13.07 WIT, terdengar suara letusan senjata satu kali dari dalam ruangan kesehatan.
"Pada pukul 13.08, Serda Mar Bagus mencoba melihat dari jendela, karena pintunya dikunci. Mencoba melihat dari jendela, kemudian melihat Lettu Laut sudah dalam keadaan bersimbah darah dengan posisi tubuh bersandar pada dinding ruangan. Senjata SS-2 V1 tersandar dengan posisi popor di atas paha sebelah kanan," kata Endi kepada wartawan, Selasa (21/5).
Pintu ruang kesehatan lalu didobrak oleh Praka (Mar) Pasa dan Pratu (Mar) Agus dan Koptu (Mar) Rusmanto. Saat ruangan terbuka, Lettu Eko sudah dalam keadaan bersimbah darah.
"Jadi saat itu masih hidup. Kemudian segera dibawa pada pukul 13.10 Lettu Eko dibawa oleh anggota kesehatan dengan menggunakan kendaraan taktis didampingi Dansatgas Letkol Mar Alex Zulkarnaen," imbuh Endi. Pada akhirnya Lettu Eko dinyatakan tewas di RSUD Dekai pada Pukul 14.00 WIT.
Hasil digital forensik, ditemukan tulisan terakhir di dalam handphone Lettu Eko yang menunjukan keputusasaan dan ingin mengakhiri hidup. Lettu Eko juga menyampaikan terlilit utang yang menumpuk.
Berikut isi tulisan yang ditulis Lettu Eko di note:
Harapan untuk berkeluarga tidak ada, harapan untuk sekolah tidak ada, harapan dianggap baik tidak ada. Harapan ada tempat di instansi tidak ada, harapan ada tempat di satuan tidak ada, harapan diterima orang orang sekitar tidak ada. Lalu apalagi yang mau diharapkan kalau tidak mati?
Terima kasih ustad Hakim atas ceramahmu siang tadi, mungkin ada betulnya saya zalim, tapi tidak sedikitpun terlintas di kepala saya buat minjam tapi nggak ada niat bayar. Tapi nggak apa-apa, saya tahu arah ceramahmu hari ini ke seluruh orang, wajar kamu menelanjangi aib-aib saya, saya mohon maaf buat orang orang saya zalim.
Saya masih belum mampu membayar, kalau hidup saya lanjutin, yang ada saya semakin zalim dan nggak berguna. Sebagai seorang perwira saya sangat memalukan dan tidak berguna. Merugikan banyak orang, tidak layak hidup. Hanya jadi beban buat satgas dan merusak nama baik satgas terutama komandan satgas.
Saya tidak akan sedikitpun ada niatan, menjelekkan nama kalian, membuat nama kalian jelek, tidak ada. Tapi karena saya sudah tidak sanggup menyelesaikannya biarlah saya bayar pakai nyawa. Agar kalian semua puas, perwira dokter tukang utang yang jadi beban, perusak, tidak berguna dan memalukan ini mati.
Dan mempertanggungjawabkannya di akhirat karena di duniawi dia sudah tidak mampu. Allah, aku percaya engkau tuhan yang maha esa, akan ada penghakiman dan konsekuensi dari segala tindakanku.
Aku pasrah dan mohon ampun padamu dan siap menerima konsekuensi hukuman darimu. Semoga suatu waktu kelak aku bisa dapat ampunanmu. Dan mendapat syafaat dari rasulullah. Aku tidak menyesal kau hukum karena aku salah, sampai kapanpun aku bersaksi tidak ada tuhan selain engkau ya Allah dan nabi Muhammad utusanmu. Allahuakbar.
Sumber: jawapos