Politik Trah dalam Pilkada 2024: Ayah Jadi Cagub, Kakak Adik Bersaing di Kursi Wali Kota dan Bupati, Suami Istri Ganti Posisi

Politik Trah dalam Pilkada 2024: Ayah Jadi Cagub, Kakak Adik Bersaing di Kursi Wali Kota dan Bupati, Suami Istri Ganti Posisi

Gelora News
facebook twitter whatsapp



GELORA.CO -Di Indonesia, politik trah atau politik dinasti punya banyak wajah. Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2024 yang bakal dihelat pada 27 November bakal menampilkannya dengan gamblang.


ADA kakak-adik yang kemungkinan saling berebut kursi bupati. Ada juga kakak-adik yang akan bertarung menjadi gubernur, wali kota, serta bupati.


Ada pula ayah yang maju di pemilihan gubernur (pilgub), anaknya di pemilihan bupati (pilbup), dan pesaingnya menjadi orang nomor satu di pemerintahan provinsi adalah suami wakilnya yang sekarang.


Apa yang terjadi di Sragen, Jawa Tengah; di Balikpapan, Kutai Kertanegara, serta di level Provinsi Kalimantan Timur; serta di Batam dan provinsi yang menaunginya, Kepulauan Riau, itu hanya sebagian dari betapa ”nano-nano” politik trah di pilkada nanti.


Mahkamah Konstitusi dalam lamannya menyebut, politik dinasti dapat diartikan sebagai kekuasaan politik yang dijalankan sekelompok orang yang masih terkait dalam hubungan keluarga. Dengan sistem pemilihan langsung, memang politik trah seperti tak pas lagi dipakai sebutan. Namun, tetap sulit dihilangkan dari asumsi publik mengingat kentalnya hubungan kekeluargaan dalam konteks kekuasaan.


Rivalitas Kakak-Adik di Sragen


Untung Wiyono, bupati Sragen 2001–2011. Itulah ”kata kunci” dinamika jelang pemilihan orang nomor satu di pemerintahan kabupaten di ujung timur Jawa Tengah tersebut. Petahana yang sudah dua periode memimpin Sragen adalah Kusdinar Untung Yuni Sukowati, putri Untung Wiyono. Sedangkan dua nama yang paling menonjol sebagai bakal calon bupati adalah adik-adik politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) itu. Untung Wibowo Sukowati, ketua DPC PDIP Sragen sekaligus anggota DPRD Jawa Tengah, adalah adik kandungnya. Sedangkan Untung Wina Sukowati adik beda ibu.


Bowo, sapaan akrab Untung Wibowo Sukowati, saat ditemui ketika pembukaan pendaftaran dan pengambilan formulir bupati-wakil bupati di DPC PDIP Sragen Jumat (3/5) lalu mengatakan akan maju sebagai calon bupati Sragen. Namun, dia sampai kemarin (5/5) belum mendaftar. ”Saya belum (daftar, Red). Ini baru ambil formulir sambil membagi tugas kepada teman-teman yang piket menerima pendaftaran,” terang Bowo, seperti dilansir Jawa Pos Radar Solo.


Di sisi lain, Untung Wina Sukowati juga mulai membuat gerakan untuk maju di Pilkada Sragen. Balihonya tersebar dengan ukuran jumbo di beberapa sudut wilayah Sragen. Berbeda dengan Bowo, Wina maju lewat pintu DPC Partai Demokrat Sragen dengan mendaftar sebagai calon bupati.


Ditemui awak media ketika mendaftar di DPC Partai Demokrat, Wina terang-terangan menyebut bahwa keputusan mencalonkan diri sebagai bupati itu tanpa restu orang tuanya. ”Niat saya mencalonkan diri sebagai bupati Sragen itu tidak ada kaitannya dengan keluarga saya,” terangnya.


Wina menegaskan, keputusan maju di Pilkada Sragen itu atas keinginannya sendiri. Selain itu, tidak ada komunikasi dengan keluarga. ”Tidak ada restu dari orang tua saya. Inisiatif dan tekad pribadi saya dalam membangun Kabupaten Sragen,” papar Wina.


Terkait alasan mendaftar lewat Partai Demokrat, itu karena partai tersebut membuka peluang untuk mendaftarkan dari luar kader partai. ”Leluhur saya berasal dari Sragen. Makanya, saya ingin membangun Sragen,” ujarnya.


Namun, langkah Wina masih panjang. Sebab, Partai Demokrat hanya memiliki lima kursi di DPRD Sragen. Padahal, minimal syarat mengusung cabup-cawabup adalah 10 kursi.


Bagaimana sikap Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati soal kemungkinan dua adiknya bertempur di Pilkada Sragen? Dia enggan berkomentar. Namun, sejak awal Yuni memberi sinyal dukungan kepada adik kandungnya, Bowo, yang beberapa kali diajak road show bertemu dengan masyarakat. ”Perihal itu, saya no comment,” ujar Yuni.


Keluarga Mas’ud di Pilgub, Pilwali, dan Pilbup


Nama Rudy Mas’ud mencuat sebagai calon gubernur Kalimantan Timur 2024. Partai Golkar, tempat Rudy bernaung, memastikan anggota DPR RI terpilih dalam Pemilihan Legislatif (Pileg) 2024 tersebut telah mendapat rekomendasi. Itu berdasar hasil Rapat Kerja Daerah (Rakerda) dan Rapat Pimpinan Daerah (Rapimda) Partai Golkar.


”Dari DPP Golkar, ada 1.164 calon kepala daerah di seluruh Indonesia yang menerima mandat tersebut,” terang Rudy saat menggelar jumpa pers di Samarinda pada Jumat (12/4) pekan lalu, seperti dilansir Kaltim Post.


Keterlibatan Rudy Mas’ud di pentas eksekutif itu mengekor dua saudaranya yang lebih dulu memegang jabatan kepala daerah. Sang adik, Abdul Gafur Mas’ud, menjabat bupati Penajam Paser Utara (PPU) periode 2018–2022. Namun, belum habis masa jabatan, karier politik pria yang akrab disapa AGM itu terhenti setelah ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi pada 2022. Sang kakak, Rahmad Mas’ud, saat ini masih menjabat wali kota Balikpapan periode 2021–2024.


Untuk Pilwali Balikpapan 2024, Rahmad dipastikan kembali maju sebagai calon wali kota untuk periode kedua. Kepada Kaltim Post, Rahmad mengakui ada keinginan maju.


Selain Rudy Mas’ud dan Rahmad Mas’ud, ada saudara kandung mereka, Hassanuddin Mas’ud, ketua Golkar Kutai Kartanegara, yang juga berencana maju sebagai calon bupati Kutai Kartanegara. Bahkan, nama ketua DPRD Kaltim itu sudah mendapat penugasan dari partainya untuk maju menjadi calon bupati Kukar bersama Muhammad Husni Fahruddin.


Selain keluarga Mas’ud, panggung politik Kaltim sejak satu dekade terakhir banyak diisi politikus hingga kepala daerah yang memiliki keterikatan darah dan keluarga. Sebut saja almarhum Yusriansyah Syarkawi, bupati Paser periode 2016–2021. Kepemimpinannya dilanjutkan sang anak, dr Fahmi Fadli, yang kini menjabat bupati Paser periode 2021–2024.


Selain di Paser, politik trah juga berlangsung di Kota Bontang. Ada sosok pasangan Neni Moerniaeni, wali kota Bontang periode 2016–2021, dan Sofyan Hasdam yang juga wali kota Bontang dua periode hingga 2011. Kini, Sofyan Hasdam menjadi anggota DPD RI terpilih periode 2024–2029. Selain suami istri itu, dua anak dan satu menantu mereka merupakan anggota DPRD dan anggota DPRD terpilih dalam Pileg 2024.


Di Kutai Timur pun demikian. Ada Ismunandar, bupati Kutim periode 2016–2020, yang istrinya sempat menjabat ketua DPRD setempat hingga keduanya ditangkap KPK dalam kasus dugaan suap terkait proyek infrastruktur pada 2020. Sedangkan sang anak, Siti Rizky Amalia, merupakan anggota DPRD Kaltim periode 2019–2024.


Gubernur Petahana versus Suami Wagub Petahana


Di Kepulauan Riau (Kepri), ada dua sosok yang menyatakan akan maju menjadi cawagub. Ansar Ahmad selaku gubernur petahana dan Muhamad Rudi, wali kota Batam, suami Marlin Agustina, wakil gubernur petahana.


Batam Pos melansir, Marlin menyatakan bakal maju dalam pilwali Batam. Sedangkan anak Ansar, Roby Kurniawan, akan maju dalam pilbup Bintan. Rudi berkali-kali menyatakan akan maju di pilgub lewat Partai Nasdem, partai di mana dirinya menjadi ketua DPW Kepri. Sementara itu, Ansar Ahmad akan maju lewat Partai Golkar.


Terkait calon pendamping atau cawagub Rudi dan Ansar, hingga kini belum jelas. ”Masih jauh. Nanti saja itu soal wakil,” ujar Rudi belum lama ini.


Sumber: jawapos

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita