GELORA.CO - Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) NQW di Lombok berinisial MA diduga melecehkan lima santriwatinya. Kasus ini sudah dilaporkan ke Polres Lombok Barat.
Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kota Mataram, Joko Jumadi, yang mendampingi para korban, MA membantah sebagai pelaku pelecehan terhadap lima orang santriwati. MA malah berdalih hal itu dilakukan oleh makhluk gaib.
Pernyataan MA tersebut diperoleh LPA Kota Mataram dari keterangan orang tua korban dan santriwati yang mendapat pelecehan seksual. Mereka semua sempat dipertemukan dengan Pimpinan Ponpes NQW oleh tokoh masyarakat di Desa Persiapan Pesisir Mas, Kecamatan Sekotong, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB).
"Menurut cerita dari orang tua korban kemudian juga oleh korban yang sempat dipertemukan oleh tokoh masyarakat. Dalam pertemuan tersebut, MA tidak mengakui perbuatannya tapi mengatakan yang melakukannya makhluk gaib," kata Joko kepada wartawan di Mataram, Minggu (12/5).
Dosen Fakultas Hukum, Universitas Mataram itu menambahkan, Kepolisian Resor (Polres) Lombok Barat juga sudah meminta keterangan dari para korban dan melakukan visum.
Korban bongkar kasus
LPA Kota Mataram sudah melakukan pemeriksaan terhadap para korban. Dari lima orang korban, dua di antaranya mengaku mengalami pelecehan seksual sampai persetubuhan, sisanya perbuatan cabul.
Dugaan pelecehan seksual tersebut awalnya terbongkar dari salah satu saksi korban yang lewat di sekitar lokasi kejadian. Dia mencoba mendekat karena mendengar sesuatu yang mencurigakan. Namun, dia tidak bisa melihat dengan jelas saat mengintip.
Oleh sebab itu, saksi korban bertanya kepada korban yang diduga disetubuhi terkait siapa pelakunya. Dari informasi tersebut diketahui MA yang melakukan perbuatan asusila tersebut.
"Mendapat informasi dugaan pelecehan seksual, warga mendatangi ponpes dan melakukan perusakan pada Rabu (8/5/2024). Akhirnya, kami mendampingi korban ke Polres Lombok Barat, awalnya satu korban, tapi empat lainnya mau datang ke polres," ujarnya.
Polisi usut
Kapolres Lombok Barat, AKBP Bagus Nyoman Gede Junaedi, mengatakan kasus dugaan pelecehan seksual yang dialami lima orang santriwati Ponpes NQW masih dalam tahap penyelidikan.
Pihaknya sudah melakukan pemeriksaan terhadap para korban dan sedang melakukan pencarian terhadap MA yang kabur.
"Untuk MA sendiri belum dipanggil masih dilakukan pencarian. Orangnya sudah tidak ada di ponpes," katanya.
Ponpes diamuk warga
Warga yang geram dengan ulah MA mendatangi ponpes untuk melakukan protes dan merusak beberapa bagian bangunan Ponpes NQW di Desa Persiapan Pesisir Mas, Kecamatan Sekotong, Lombok Barat, pada Rabu (8/5/2024), sekitar pukul 16.00 Wita.
Sumber: kumparan