GELORA.CO - Menteri Luar Negeri Turki, Hakan Fidan, menyebut Israel semakin diasingkan dan dikucilkan oleh komunitas internasional.
Hal ini disampaikan Hakan Fidan dalam konferensi pers di Ankara, Turki, Selasa (14/5/2024).
Fidan mengatakan, tindakan Israel di Jalur Gaza adalah tindakan genosida.
Menlu Turki juga menilai Israel telah menginjak-injak hukum internasional dan hak asasi manusia (HAM).
“Hukum internasional dan hak asasi manusia diinjak-injak oleh Israel, dan upaya diplomatik sekali lagi gagal karena invasi Rafah,” tegas Fidan, dikutip dari Al Jazeera.
Sementara itu, pada awal Mei 2024, Fidan mengumumkan Turki akan secara resmi meminta untuk bergabung dalam kasus genosida Afrika Selatan terhadap Israel di Mahkamah Internasional.
Israel Lancarkan Operasi di Rafah
Pada Senin (13/5/2024), pekerja bantuan berjuang untuk mendistribusikan makanan dan pasokan lainnya yang semakin menipis kepada ratusan ribu warga Palestina yang mengungsi akibat apa yang Israel katakan sebagai operasi militer terbatas di Rafah.
Israel menggambarkan Rafah sebagai benteng terakhir kelompok militan Hamas.
Dikutip dari AP News, Israel juga mengabaikan peringatan dari Amerika Serikat dan sekutu lainnya bahwa setiap operasi besar di sana akan menimbulkan bencana besar bagi warga sipil.
Sementara itu, Hamas telah berkumpul kembali dan memerangi pasukan Israel di beberapa bagian Gaza yang dibombardir dan diserang Israel pada awal perang.
Wakil Juru Bicara PBB, Farhan Haq, mengatakan pada hari Senin bahwa 100.000 warga Palestina lainnya telah mengungsi di Gaza utara menyusul perintah evakuasi Israel baru-baru ini di sana.
Itu berarti sekitar seperlima dari 2,3 juta penduduk Gaza telah mengungsi selama seminggu terakhir.
Sebanyak 38 truk tepung tiba melalui Erez Crossing bagian barat, jalur akses kedua ke Gaza utara, kata Abeer Etefa, juru bicara Program Pangan Dunia PBB. Israel mengumumkan pembukaan penyeberangan itu pada hari Minggu.
Namun, tidak ada makanan yang memasuki dua penyeberangan utama di Gaza selatan selama seminggu terakhir.
Penyeberangan Rafah ke Mesir telah ditutup sejak pasukan Israel merebutnya seminggu lalu.
Pertempuran di kota Rafah membuat kelompok bantuan kemanusiaan tidak bisa mengakses persimpangan Kerem Shalom yang dekat dengan Israel, meskipun Israel mengatakan pihaknya mengizinkan truk pasokan masuk dari wilayahnya.
Selama seminggu terakhir, militer Israel meningkatkan pemboman dan operasi lainnya di Rafah sambil memerintahkan penduduk untuk mengungsi dari beberapa bagian kota.
Israel berkeras bahwa ini adalah operasi terbatas yang fokus pada pembasmian terowongan dan infrastruktur militan lainnya di sepanjang perbatasan dengan Mesir.
Diketahui, perang dimulai ketika Hamas dan militan lainnya menyerbu Israel selatan pada 7 Oktober 2023, menewaskan sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, dan menyandera 250 orang lainnya.
Hamas diklaim masih menahan sekitar 100 orang tawanan dan lebih dari 30 orang lagi setelah sebagian besar sisanya dibebaskan dalam gencatan senjata tahun lalu.
Di sisi lain, serangan Israel telah menewaskan lebih dari 35.000 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, menurut Kementerian Kesehatan Gaza, yang tidak membedakan antara warga sipil dan kombatan dalam angkanya.
Sementara, Israel mengatakan mereka telah membunuh lebih dari 13.000 militan, tanpa memberikan bukti.
Kemudian, pembicaraan selama berbulan-bulan yang dimediasi secara internasional mengenai gencatan senjata dan pembebasan sandera tampaknya terhenti pekan lalu setelah Israel melancarkan serangannya ke Rafah.
Israel telah menolak tuntutan utama Hamas untuk mengakhiri perang dan menarik pasukannya dari wilayah tersebut.
Israel mengatakan hal itu akan memungkinkan kelompok militan tersebut mendapatkan kembali kendali dan melancarkan lebih banyak serangan seperti yang terjadi pada 7 Oktober
Sumber: Tribunnews