GELORA.CO - Kesuksesan Film Vina: Sebelum 7 Hari terus melejit seiring dengan jumlah penonton yang semakin bertambah setiap harinya.
Film yang mengadopsi kisah nyata kasus pembunuhan Vina Dewi Arista di Cirebon pada 2016 silam, telah disaksikan 5.000.000 penonton lebih di bioskop di pekan kedua.
Diproduksi oleh Dee Company, film bergenre drama horor itu menceritakan kembali tentang kisah pembunuhan dan pemerkosaan Vina yang tewas bersama kekasihnya Eky karena dikeroyok geng motor.
Dengan bumbu-bumbu dramatisasi dan adegan-adegan horor serta sadis, film garapan Anggy Umbara tersebut berhasil memancing banyak penonton dari berbagai kalangan.
Bukan karena sinematografi yang apik, film Vina: Sebelum 7 Hari viral karena mengangkat kisah kejahatan sadis yang sampai saat ini masih penuh kontroversi. Hingga tanggal 22 Mei 2024 atau tepat dua pekan sejak dirilis pada tanggal 8 Mei, lebih dari 5 juta orang menyaksikan film ini di bioskop.
"Sampai sore ini sudah 5.000.000++ orang mendoakan Almarhumah Vina," tulis Dee Company pada rilis dan kampanyenya, dikutip Jumat (24/5/2024). Dilihat dari sisi bisnis, film Vina tentu sukses besar dan telah meraup keuntungan puluhan atau bahkan ratusan miliar rupiah.
Sebagaimana diberitakan tvOnenews.com sebelumnya yang mengacu pada pernyataan sutradara Joko Anwar, pendapatan kotor sebuah film Indonesia dapat dihitung dari jumlah tiket dikalikan harga tiket rata-rata di bioskop.
Jika dikalkulasi berdasarkan asumsi bahwa harga tiket bioskop di Indonesia jika dirata-rata sebesar Rp40 ribu, maka film Vina: Sebelum 7 Hari yang disaksikan 5.000.000 orang lebih di bioskop menghasilkan pendapatan kotor sebesar Rp200 miliar lebih pada minggu kedua.
Sedangkan, menurut Joko Anwar, setiap perusahaan film atau rumah produksi, biasanya akan menerima keuntungan sebesar 50 persen dipotong pajak. Katakanlah perusahaan film menerima Rp18.000 dari setiap tiket yang terjual, maka Dee Company saat ini sudah mengantongi untung sebesar Rp90 miliar lebih dari film Vina: Sebelum 7 Hari.
Penghasilan tersebut pastinya masih harus dikurangi dengan biaya produksi dan biaya promosi, baru sisanya adalah keuntungan bersih produser.
Respons Sutradara Soal Tudingan Eksploitasi hingga Femisida Film Vina yang viral menuai pro dan kontra di kalangan warganet.
Tak sedikit yang menganggap bahwa film yang mengangkat kisah Vina tersebut tidak punya empati meski telah mendapat izin keluarga. Terkait hal tersebut, Anggy Umbara tak mau ambil pusing ketika film Vina dianggap kontroversial.
Sebab, menurutnya ada banyak hal baik yang dirasa dapat dipetik dari filmnya tersebut. "Saya percaya akan lebih banyak kebaikannya, ibunya berpikir bahwa dengan dibuatnya film ini akan semakin banyak mendoakan almarhumah Vina," kata Anggy Umbara di YouTube RJL 5.
"Pertama alasannya kasus ini sangat unik dan banyak pelajaran yang bisa diambil. Dan yang kedua penting, untuk pelajaran bagi masyarakat, aparat kepolisian dan pemerintah, dan untuk almarhumah Vina sendiri," imbuhnya.
Salah satu kontroversi film Vina adalah dianggap terlalu mengeksploitasi sisi-sisi sadis hingga femisida. Misalnya saja adegan kekerasan terhadap perempuan hingga pemerkosaan yang memicu trauma ditampilkan secara jelas.
Anggy tak menampik bahwa selain ingin mengangkat kasus Vina yang terlupakan, memang ada sisi komersial yang memang disasarnya. "Semua kebaikan ada kompensasi, dari sisi finansial maupun bisnis pun sangat baik dan sangat bagus untuk keluarganya, untuk perfilman Indonesia, untuk PH," ujar Anggy.
"Kita nggak memungkiri bahwa film yang tayang di bioskop adalah sebuah platform atau presentasi audio visual yang sifatnya komersial," tambahnya.
Meski demikian, Anggy memberi penegasan lagi bahwa tak selamanya film itu mengedepankan sisi komersial.
Kembali pada alasan utama sebelumnya, Anggy mengaku ingin mengangkat kisah Vina karena kasusnya menarik dan perlu ditegakkan.
"Tapi di dalam komersil itu juga mempunyai banyak sisi, ada pesan yang disampaikan, ada hiburannya, ada emotional attachment," kata Anggy. "Maksud saya film itu nggak satu dimensi, nggak cuma pure cuan doang.
Film itu bisa mengubah perspektif orang, bisa menjadi alat propaganda, banyak sisinya jadi kita nggak boleh kerdil menilai bahwa film itu soal cuan doang, film itu memberikan inspirasi dan pelajaran," tegasnya
Sumber: tvOne