GELORA.CO - Banjir lahar dingin Gunung Marapi terjadi dan memporak-porandakan sejumlah wilayah di Sumatera Barat.
Salah satu wilayah yang terdampak yakni Nagari Bukik Batabuah, Kabupaten Agam, Sumatera Barat.
Banjir lahar dingin ini menelan puluhan korban jiwa dan belasan orang masih hilang.
Seorang warga Nagari Bukik Batabuah, Nispawati (45) pun menceritakan detik-detik ia berhasil selamat dari arus deras banjir lahar dingin.
Ia menuturkan, banjir lahar dingin mulai deras sejak Sabtu (11/5/2024) sore.
"Pas ketika saya selesai salat Magrib di rumah, air sudah mulai deras. Sudah ada juga warga yang memperingatkan agar berhati-hati," ujarnya, Minggu (12/5/2024).
Mengutip TribunPadang.com, tak lama kemudian, banjir semakin besar dan meluap hingga ke jalan-jalan.
Ia bersama keluarganya pun tak bisa kemana-mana dan hanya berdiam diri di dalam rumah.
"Kami tidak bisa keluar, kami terpaksa berdiam diri di rumah sambil melihat-lihat keluar apakah air akan masuk atau menerjang rumah kami," katanya.
Beruntung, ia dan keluarganya sempat mengantisipasi banjir dengan menaruh sejumlah karung pasir di depan rumah.
"Untungnya karung pasir yang kami pasang sebelumnya di depan rumah menghalangi air dan material lainnya masuk ke dalam rumah, karena sebelumnya rumah saya juga terdampak banjir bandang sebelumnya," lanjutnya.
Ia menuturkan, air mulai surut pada Minggu (12/5/2024) sekira pukul 01.00 WIB.
"Sekitar jam satu air sudah surut, mungkin karena jembatan sudah tersumbat aliran mengalir ke area persawahan baru jalan bisa dilalui dan saya baru pergi mengungsi karena disuruh," ujarnya.
Ia berharap agar bencana banjir lahar dingin tidak terjadi lagi dan meminta pemerintah untuk segera mengatasi permasalahan banjir lahar dingin tersebut.
Warga Kehilangan Anggota Keluarga
Kisah berbeda datang dari warga lain bernama Karmila (40).
Ia kehilangan ibu dan keponakannya yang jadi korban saat banjir lahar dingin menyapu Nagari Bukik Batabuah, Sabtu (11/5/2024) malam.
Kepada TribunPadang.com, Kamila menceritakan bahwa saat itu ia sedang berada di rumahnya yang berlokasi beberapa meter dari rumah ibunya.
Rumah ibu dari Karmila sendiri posisinya berdekatan dengan aliran sungai.
"Saat banjir terjadi, ibu saya sedang berada dirumahnya yang berada di depan mushalla bersama adik saya. Sementara itu anak dan keponakan saya sedang rapat bersama pengurus di dalam mushalla," katanya, Minggu (12/5/2024).
Saat aliran muli meluap ke jalan, anak dan keponakannya langsung pulang, tapi pulang ke rumah ibunya.
"Saat mulai besar itu, anak dan keponakan saya langsung pulang, tapi ke rumah ibu saya. Tak lama setelah itu air semakin membesar dan membawa material yang cukup banyak berupa kayu dan batu yang ukurannya melebihi orang dewasa menghantam rumah ibu saya," katanya.
"Karena takut, anak saya menelfon sambil menangis dan mengatakan bagaimana situasi rumah ibu saya yang berdentum terus menerus karena dihantam air dan material kayu dan batu," lanjutnya.
Nahas, Karmila dan keluarganya tak bisa keluar rumah untuk menjemput anaknya karena kondisi di luar rumah yang tak memungkinkan.
Setelah banjir surut, ia pun mencari informasi terkait keberadaan keluarganya.
Saat itu ia mengetahui bahwa rumah dan keluarganya tersapu oleh banjir.
"Adik sama anak saya berhasil dibantu diselamatkan oleh warga, tapi ibu dan keponakan saya tidak berhasil terselamatkan dan terbawa banjir," ujarnya.
"Sekira pukul 01.00 WIB jasad ibu saya ditemukan oleh tim gabungan, sementara itu keponakan saya ditemukan sekira pukul 08.00 WIB paginya," sambungnya.
Sementara itu, adik dan anaknya tengah menjalani perawatan di puskesmas karena mengalami luka-luka.
"Anak saya sangat trauma, tadi dari rumah sakit sudah dibawa pulang. Tapi di posko ia selalu mengigau saat istirahat dengan memanggil nama keponakan saya, jadi ia dibawa lagi ke puskesmas untuk perawatan," ujarnya.
"Jenazah ibu dan keponakan saya juga sudah langsung disemayamkan pagi tadi," sambungnya.
37 Orang Meninggal Dunia
Dari data yang diperoleh dari Kantor SAR Kelas A Padang, per Minggu (12/5/2024) pukul 19.00 WIB, tercatat ada 37 orang yang meninggal dunia karena banjir lahar dingin.
Mengutip TribunPadang.com, para korban berasal dari empat kabupaten, yakni Agam, Tanah Datang, Padang Panjang, dan Padang Pariaman.
Sebanyak 18 orang juga saat ini dikabarkan hilang dan masih dalam proses pencarian.
Selain itu, untuk di Padang Pariaman masih dalam pendataan Kantor SAR Kelas A Padang.
Sumber: tribunnews