GELORA.CO - Seorang mantan staf Kepresidenan bernama Priyo Sambadha ungkap pengalaman menariknya bersama presiden Soeharto.
Priyo menceritakan bagaimana dirinya rela bertingkah bak tiang perahu, ketika Soeharto asik jalani hobinya memancing.
Bukan tanpa alasan, kata Priyo, pengalaman itu bisa disebut momen menegangkan dalam hidupnya.
Cerita itu pun ia ungkap melalui sebuah utas di X @PSambadha, sejak 2020 silam.
Dalam cuitannya itu, Priyo menceritakan salah satu hobi Presiden RI ke-2, yaitu memancing di Pulau Seribu.
Namun, dalam setiap momen kali pertama umpan dilempar, Priyo mengaku merasakan momen yang begitu tegang.
"Di awal sesi mancing ketika belum dapat ikan, adalah saat-saat yang sangat menegangkan, tak ada satupun dari kami yang berani bersuara," cuit Priyo, dikutip Hops.ID pada Kamis 23 Mei 2024.
Kabarnya, untuk bernafas pun Priyo perlu berhati-hati supaya tidak mengganggu konsentrasi pemimpin negara itu.
Priyo pun mengaku jika waktu saat itu terasa sangat lama berlalu, ditambah wajah dingin dan datar Presiden, dan tak ada suara terdengar dari mulutnya.
"Selama itu pak Harto tetap membisu dengan wajah yang tetap datar dan dingin," tambahnya.
Katanya, ia bersama penumpang kapal lain yang terdiri dari ajudan, dan juru kamera pun harus rela bersikap seperti tiang perahu.
"Kesannya itu seperti pak Harto gak nyadar kalau ada kita juga di Perahu itu," lanjut dia bercerita.
"Jadi kita otomatis juga mematung sebisanya dengan harapan supaya dikira tiang perahu atau jirigen air, invisible (tak terlihat)" terangnya.
Suasana mencekam ini kata Priyo, terus akan berlanjut selama umpan pertama belum disambut moncong ikan.
Namun demikian, kondisi tersebut akan segera berakhir manakala senar yang dipegang Soeharto memberi sinyal yang cukup keras.
"Dunia seketika berubah cerah gilang gemilang ketika di ujung senar ada seekor ikan merah menyala, dengan sekitar 2 kiloan, kakap merah!" jelasnya.
Setelah mendengar suara mengekeh keluar dari mulut sang Presiden, para penumpang kapal pancing itu pun baru bisa menggerakkan badannya dengan cukup leluasa.
Dari sana pun Soeharto mulai lebih santai dengan sebatang rokok di tangannya, pun kadang memulai percakapan pada para bawahannya. ***
Sumber: hops