GELORA.CO - Unggahan Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Zita Anjani di media sosial, Instagram menuai pro dan kontra publik. Dalam unggahan tersebut, putri Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan itu menggenggam gelas kopi bermerk Starbucks dengan berlatar belakang Kabah.
Tidak tergambar secara jelas pesan apa yang akan disampaikan Zita. Dia hanya memberi keterangan, "Lagi makan malam ehh ada yang kasih kopi, menurut kalian gimana guys?". Seolah, Zita kaget bahwa brand yang diboikot oleh khalayak itu bisa dengan mudah masuk ke area tanah suci.
Sementara dalam unggahan selanjutnya, Zita seolah memberi gambaran bahwa dia hendak melakukan kritik terhadap sikap masyarakat yang terkesan "pilih kasih" dalam melabeli brand yang dianggap pro terhadap penindasan di Palestina.
Zita mengunggah foto dirinya berlatar Kabah sebagai penanda komitmen diri terhadap perjuangan Palestina. Sementara dalam slide selanjutnya, dia mengunggah sejumlah brand yang pro dengan penindasan Palestina.
"Coba cek di rumah, masih ada nggak barang-barang yang harusnya kalian teriakkan boikot juga?" tanyanya.
"Nge-boikot satu brand karena ikut-ikutan gak bikin kalian semua jadi paling keren, coba dong terapin juga ke kehidupan sehari-hari," sambung Zita Anjani.
Sementara itu, Dewan Pengawas Syariah Majelis Ulama Indonesia (MUI), Afifuddien Rohaly juga merasakan kegundahan yang sama. Dia turut mengunggah sejumlah brand yang "diboikot" justru terpampang di objek vital Kota Mekkah, termasuk brand kopi yang dipegang Zita Anjani.
"Beberapa hari yang lalu, di King Abdul Aziz International Airport, sempat kaget, heran, miris dan hampir marah di dalam hati ketika melihat layar lebar informasi keberangkatan dan kedatangan Kereta Cepat Haramain terpampang logo salah satu brand kopi terkenal milik Yahudi di atas nama dua Kota Suci Mekkah dan Madinah," tulisnya.
Hanya saja, Afifuddien berpesan bahwa tidak ada alasan untuk tidak membela Palestina dengan berbagai upaya, tapi harus sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing.
Terpenting, katanya, semua masyarakat Indonesia harus tetap menjaga persatuan dan persaudaraan. Jangan sampai berprasangka tidak baik terhadap sesama, apalagi sampai tidak adil menyikapi saudara sesama.
Namun dalam kasus ini secara jelas dia mengingatkan bahwa Arab Saudi tidak bisa serta merta dicap pro penindasan di Palestina hanya karena tidak memboikot produk-produk yang dianggap pro Israel. Faktanya, Arab Saudi adalah negara yang paling getol dalam membantu rakyat Palestina.
"Banyak orang menuding Saudi Arabia tidak membela Palestina karena tidak memboikot produk-produk penjajah, padahal kenyataannya ia adalah negara yang paling besar dalam membantu Palestina dengan bantuan keuangan dan kemanusiaan lainnya, sejak awal negara itu dijajah," tutupnya
Sumber: RMOL