GELORA.CO - Panglima besar ormas adat Manguni Makasiaow, Andy Rompas kembali buka suara. Kali ini, ia tidak hanya menyinggung nama Habib Bahar, tapi juga Ustadz Abdul Somad.
Lantas seperti apa pernyataan Panglima Manguni, Andy Rompas kali ini?
Dikutip dari tayangan video akun Facebook pribadinya, sebelum menyenggol nama Habib Bahar, Andy Rompas awalnya menjelaskan kronologi terkait ucapannya yang mendukung Pasukan Merah Dayak di bawah pimpinan Panglima Jilah.
"Oke, jadi saya mau menjelaskan kronologinya seperti apa. Yang pertama, saya mempunyai sahabat daripada pasukan merah TBBR yang bernama Mandau Iban, dan saudara Mandau Iban ini memberikan saya video atas situasi yang ada di Singkawang (Kalimantan)," tuturnya.
"Saya mempertanyakan, bagaimana saudara, apa yang bisa saya bantu salah satunya untuk memberikan support kepada pasukan merah (Dayak) yang ada di Singkawang, agar jangan sampai terpancing dengan isu-isu dalam situasi kondisi Pilpres sekarang ini," sambungnya.
Sebab menurut Panglima Manguni, Andy Rompas, karena disaat seperti ini, isu-isu itu akan bisa memecah belah antara sesama anak bangsa.
"Dan memang pengalaman kami daripada Minahasa, siapa saja ustadz-ustadz intoleran atau mempunyai bahasa yang sangat-sangat tidak sejuk, ya salah satu contoh kami di tanah Minahasa di saat Fahri Hamzah dulu meminta kepada saudari Fahri Hamzah untuk pulang," tuturnya.
Sebab, kata Andy Rompas, kala itu Fahri Hamzah berada di salah satu oposisi dan mendukung penuh FPI.
"Itu satu contoh. Pernah kami tolak dan sampai viral, sampai masuk ke Bandara Samratulangi. Waktu itu beliau hanya 3 jam berada di tanah Minahasa," katanya.
Kemudian, Andy Rompas menyinggung nama Habib Bahar.
"Kedua, saudara itu habib nggak tahu habib siapa itu, Bahar bin Smith datang ke tanah Sulawesi Utara tetapi langsung pulang kembali, dan di situ terjadi penolakan besar-besaran," jelasnya.
Intinya, lanjut Andy Rompas, pihaknya ditanah Minahasa tidak akan memberikan ruang sedikit pun kepada para penceramah atau ustadz-ustadz yang dianggap radikal.
"Ya itu sih terserah daripada yang mau menanggapi positif atau yang tidak positif tentang tanggapan saya," katanya.
Selain Habib Bahar, pentolan Manguni itu juga menyinggung nama Ustadz Abdul Somad.
"Menurut saya, Ustad Somad itu sangat-sangat tidak cocok dan tidak memberikan sesuatu yang sejuk, karena kami ini berdasarkan Pancasila."
"Apalagi kami ini berdasarkan Indonesia Timur yang mayoritas pada dasarnya di tanah Sulawesi Utara atau khususnya tanah Minahasa itu adalah mayoritas orang Nasrani," sambungnya.
Andy Rompas mengklaim, bahwa pihaknya tidak pernah menghina ataupun pada khususnya di tanah Minahasa ini menjelekkan satu sama yang lainnya.
"Kami saling menjaga kerukunan kebersamaan. Kalau kami di tanah Minahasa tetap pada pendirian kami."
"Saya sebagai pasukan Manguni Makasiaow jikalau ada yang mau masuk ustadz-ustadz yang tidak sejuk membawa ceramah yang perpecahan, ya jelas kami akan tolak, harga mati," timpalnya lagi,
"Kalau di Singkawang dia bisa bebas masuk, kalau di tanah Minahasa silahkan dicoba, kami tidak akan tinggal diam," tegas Andy Rompas.
Lebih lanjut ia mengatakan, untuk menjaga kerukunan di tanah Minahasa, pihaknya tidak mau ada pemaparan-pemaparan yang bersifat negatif, ujaran kebencian berdasarkan ceramah.
"Walaupun itu hanya sebatas mereka, tetapi itu dapat masuk ke dalam mindset daripada umat Muslim yang tadinya kami di sini menjadi satu bisa terpecah oleh karena ustadz-utadz yang intoleransi seperti itu," tuturnya.
Panglima Manguni Andy Rompas memastikan, bahwa sampai saat ini pihaknya tetap menolak kehadiran Ustaz Somad di Minahasa.
"Kecuali si somad ini, Ustadz Somad ini sudah berubah dan dia membawa sesuatu yang sejuk," ujarnya.
Jadi, masih kata Andy, maksud dan tujuan dia memberi dukungan pada pasukan merah Dayak itu adalah jika memang merasa benar, maka wajib maju.
"Kami menguni pasti akan mendukung. Ya inilah yang selalu saya bilang, istilah mayoritas minoritas yang selalu dipakai bangsa ini. Seolah minoritas tidak arti daripada di tanah Indonesia."
Tetapi, lanjut Andy, jangan pernah lupa seribu perak tanpa satu perak tidak genaplah seribu perak. Begitu juga dengan Indonesia, tanpa Minahasa Indonesia tidak akan genap.
"Kami tetap bersikap teguh. Kami hanya menjaga tanah leluhur. Kami tidak membawa-bawa nama agama. Kami hanya menjaga tanah leluhur kami, agar tetap rukun dan damai tidak untuk ustadz-ustadz yang intoleran yang memberi ujaran kebencian," tegasnya lagi.
"Tetapi, tetapi ingat, tetapi jikalau ustadz-ustadz yang sangat nasional, kami pasti akan jemput seperti raja masuk ke dalam tanah Minahasa, itu yang saya pesan," janjinya.