GELORA.CO - Satelit China memerinci skala kehancuran di wilayah Palestina yang diserang Israel sejak 7 Oktober lalu. Secanggih apa satelitnya?
Satelit tersebut adalah Luojia-3 dan Dongfang Huiyan Gaofen-1 yang dikembangkan oleh Universitas Wuhan dan Badan Antariksa Nasional Tiongkok yang sudah meluncur sebelum pasukan Israel menyerbu Jalur Gaza.
Mengutip SCMP, analisis citra kedua satelit ini menunjukkan sekitar 60 persen dari seluruh bangunan di Gaza telah hancur dalam enam bulan terakhir. Analisis ini dipresentasikan oleh salah satu peneliti utama satelit Luojia-3, Li Deren, pada sebuah konferensi ruang angkasa.
"Analisis komparatif menunjukkan bahwa pada 2 Maret 2024, 58,4 persen bangunan dan 34,1 persen lahan pertanian di Jalur Gaza rusak," kata Li Deren, profesor penginderaan jarak jauh di Universitas Wuhan, dalam Konferensi Antariksa China di kota Wuhan, China, pada Rabu (24/4).
Dengan menggunakan algoritma pengenalan otomatis yang canggih, satelit-satelit tersebut mendeteksi dan menilai kerusakan pada berbagai jenis bangunan termasuk sekolah, universitas, rumah sakit, dan tempat ibadah.
Selain itu, satelit-satelit tersebut juga mampu mengidentifikasi lokasi, ukuran, dan jumlah kawah rudal dari waktu ke waktu.
Per 2 Maret 2024, satelit ini mendeteksi total 3.747 kawah di wilayah Gaza dan terjadinya kerusakan hingga dua kali lipat di Kota Gaza dibandingkan dengan Kota Deir al Balah, di pesisir pantai tengah Jalur Gaza.
Para peneliti menyatakan bahwa sebelum 10 November 2023, kerusakan terjadi sekitar 18,7 persen bangunan di Gaza.
Angka ini meningkat menjadi 32,6 persen per 29 November 2023, dan meningkat kembali menjadi 56 persen per 22 Januari 2024, hingga akhirnya stabil di angka 58,4 persen per bulan Maret.
Menurut prediksi dari kedua satelit ini, dengan luas 365 km persegi (140 mil persegi), kerusakan di Jalur Gaza bahkan sudah melampaui kerusakan di kota Nagasaki, Jepang, yang menjadi sasaran bom atom AS tahun 1945.
Tentu saja dalam kondisi yang tidak memungkinkan survei lapangan untuk dilakukan, perkiraan Satelit China ini sangat membantu memberitahukan tingkat kerusakan di Gaza.
Bahkan, citra satelit Google saja tidak mampu menunjukkan tingkat kehancuran di Gaza.
Luojia-3 yang dikembangkan Universitas Wuhan merupakan satelit penginderaan jauh cerdas pertama di dunia yang dilengkapi dengan berbagai mode pencitraan termasuk video, frame-push, dan scan-push.
Melansir jurnal Research Gate, dengan kemampuan pencitraan optik multi-mode tingkat sub-meter dan pemrosesan cerdas di orbit, Luojia-3 mampu melakukan transmisi data intra-satelit dan satelit-ke-darat secara real-time.
Sementara itu, Dongfang Huiyan Gaofen-1 adalah pesawat ruang angkasa pertama yang menyediakan pengamatan NRT (Near-Real-Time) untuk pencegahan dan bantuan bencana, pemantauan perubahan iklim, pemetaan geografis, survei lingkungan dan sumber daya, dan dukungan pertanian presisi, mengutip Eoportal.
Gaofen-1 ini dikonfigurasi dengan PAN (Panchromatic), Multispectral Camera (PMC) dan Wide Field Imager (WFI) yang mampu mencapai kapasitas pencitraan pada resolusi spasial sedang dan tinggi, dengan lebar petak yang lebar.
Dengan adanya dua satelit tersebut, para peneliti mengklaim bahwa China telah mengalami perkembangan yang transformatif untuk satelit penginderaan jarak jauh.
"Selama dekade terakhir, satelit penginderaan jauh Tiongkok telah mengalami perkembangan transformatif, berkembang dari tahap eksperimental ke penggunaan operasional dan komersial," kata Li Deren.
China sendiri memang memiliki beberapa jaringan pengamatan bumi terbesar di dunia dan data dari hasil pengamatan berbasis ruang angkasa.
Hal tersebut membuat China semakin berpengaruh untuk dunia, terlebih dengan teknologi satelit penginderaan jarak jauh yang cakupannya luas dan real-time, sehingga menghadirkan kemandirian geopolitik bagi China.
"Kemajuan lebih lanjut diharapkan dengan pencitraan yang lebih sering, area cakupan yang lebih luas, dan transmisi data yang lebih cepat," pungkasnya.
Sumber: cnn