Namun hingga sekarang belum diketahui apakah Jokowi akan menjadi ketum Golkar atau justru ketum Partai Gerindra yang kini dipimpin calon presiden (capres) nomor urut dua Prabowo Subianto.
"Tapi ya gimanapun Presiden Jokowi adalah tipikal politikus yang sering memberikan kejutan, makanya kita belum tahu kejutan mana yang akan diberikan Presiden Jokowi, apakah dia akan menjadi Ketum Golkar atau Ketum Gerindra," ucapnya.
Namun selain itu, Jokowi bisa juga mengambil alih PSI yang sekarang dipimpin Kaesang Pangarep, tapi bisa juga kembali ke Solo setelah lengser dari jabatannya sebagai presiden dan tidak lagi berkecimpung dalam perpolitikan.
"Atau malah mengambil alih PSI dari anaknya, dan bisa juga sih beliau akhirnya sesuai dengan perkataannya kalau akan kembali ke Solo untuk rehat dan santai-santai saja," imbuhnya, dikutip populis.id dari YouTube COKRO TV Official, Sabtu (16/3).
Sementara itu, Wakil Ketua Umum (Waketum) Partai Golkar Melchias Markus Mekeng menyebut Presiden Joko Widodo (Jokowi) belum bisa mejadi ketum dari partainya pada tahun jika mengikuti aturan dalam AD/ART.
Dalam AD/ART, calon ketum Partai Golkar harus memiliki pengalaman minimal 5 tahun sebagai pengurus, dan partai tersebut akan menggelar Musyawarah Nasional (Munas) untuk pergantian ketum pada Desember 2024 mendatang.
"Ya kalau mengikuti aturan itu, belum mungkin (Jokowi jadi Ketum Golkar)," ujar Mekeng saat dihubungi, Minggu (10/3/2024), dikutip dari Kompas.
Ia pun menjelaskan Jokowi harus memenuhi persyaratan administratif yang ada untuk bisa maju sebagai calon ketum Golkar, tanpa melalui aturan AD/ART, mantan Wali Kota Solo itu tidak bisa maju. "Minimal 5 tahun harus jadi pengurus," ucapnya.
Sumber: populis