Pengamat komunikasi politik, Jamiluddin Ritonga menilai kenaikan suara itu mengejutkan karena hasil quick count dari semua lembaga survei menempatkan suara PSI kurang dari 3 persen. Karena itu, semua lembaga memprediksi PSI tidak masuk Senayan.
“Kenaikan itu juga dipertanyakan karena terjadi hanya dalam dua jam suara PSI bertambah 19,5 ribu dari 110 TPS. Hal ini dikhawatirkan terjadi penggelembungan suara yang memang diberitakan muncul di banyak tempat,” kata Jamiluddin pada wartawan, Sabtu (2/3/2024).
Jamiluddin menyebut, kini ada rumor adanya operasi senyap yang akan meloloskan partai politik tertentu ke Senayan. Hal itu menurutnya patut diantisipasi.
“Setidaknya kenaikan signifikan itu harus ditelusuri apakah terkait dengan adanya operasi senyap tersebut,” kata dia.
Untuk itu, ia meminta Bawaslu dan KPU dapat mendeteksi hal tersebut. Sebab, kalau ada operasi senyap, hal itu sangat mencederai demokrasi dan menghianati suara rakyat.
“Jadi, kalau KPU dan Bawaslu tidak dapat menjelaskan dan mengatasi hal itu, maka wajar kalau anak bangsa akan mempertanyakan legitimasi hasil Pileg dan Pilpres. Karena itu, KPU dan Bawaslu sebaiknya dibubarkan saja,” pungkasnya.
Sumber: liputan6