GELORA.CO - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mencurahkan hati alias curhat perihal sulitnya ngurus soal pangan, salah satunya beras.
Menurutnya, jika harga beras turun dirinya akan dimarahi petani, sedangkan jika harga naik gantian akan dimarahi ibu-ibu.
Hal ini disampaikan Presiden Jokowi saat mengecek ketersediaan stok pangan yang ada di Gudang Perum Bulog Bakaran Batu, Labuan Batu, Sumatera Utara pada Jumat (15/3).
"Kalau harga beras turun, saya itu dimarahin petani, tapi kalau beras naik, dimarahin ibu ibu. (Itu) sulitnya pemerintah disitu mencari keseimbangan, itu yang sulit. Saya pas beras naik, saya main ke sawah, wah petani senang.
Begitu saya ke pasar ketemu ibu ibu, (ditanya) gimana harga beras pak. Inilah yang namanya harga," kata Jokowi saat menyapa masyarakat yang hadir.
"Jadi ngurus yang namanya beras, ngurus yang namanya pangan, untuk 270 juta penduduk Indonesia, sangat sulit. (Karena) harus menyediakan beras untuk 270 juta penduduk Indonesia, tidak mudah. Kebutuhan kita setiap tahun 31 juta ton, begitu kurang sedikit, carinya di mana? Tapi kalau produksi petani banyak, kita tenang," sambungnya.
Dia juga menjelaskan, bahwa persoalan pangan sangat erat kaitannya dengan musim yang terjadi di tanah air. Seperti harga beras yang sempat mahal salah satunya dipengaruhi oleh stok yang minim karena sejumlah daerah ada yang mengalami banjir dan kemarau panjang.
Stok pasokan yang mencukupi sangat berpengaruh bagi masyarakat RI, pasalnya ada 270 juta yang pasti akan membutuhkan beras. Angka itu bahkan lebih banyak dibanding negara lain yang hanya 10 hingga 20 juta warga saja.
“(Kondisi kita) seperti kemarin musim keringnya panjang, ini nanti pasti nanamnya mundur atau basahnya terlalu, hujannya terlalu lebat (sampai) ada yang kena banjir. Inilah negara Indonesia yang sangat besar," ujar Jokowi.
"Kalau negara lain penduduknya 10 juta, 20 juta, (itu) lebih mudah. Kita 270 juta, tersebar di 17 ribu pulau, dari Sabang sampai Merauke, dari Mianga sampai Pulau Rote. Inilah Indonesia," pungkasnya.
Melansir dari publikasi bulanan FAO (The Food and Agriculture Organization) yang dirilis pada 13 Maret lalu, FAO memberikan domestic price warnings ke beberapa negara dengan level tinggi. Untuk regional Asia Tenggara, disebutkan Myanmar menjadi salah satunya dan dikaitkan dengan kondisi beras dalam negerinya yang pada Februari mengalami kenaikan harga hingga 60 persen.
Sumber: jawapos