Pria yang akrab disapa Hero ini menegaskan, pesta demokrasi layaknya kompetisi olahraga, tentunya pemenangnya bergilir alias tidak pernah ada yang selalu menang, begitupun sebaliknya.
"Pasti sejarah berulang dan bisa jadi yang kalah menjadi menang, yang menang menjadi kalah. Dan untuk (urutannya), biasanya memberi kesempatan kepada siapapun yang punya kegigihan," ujar Hero dalam diskusi bertajuk 'Merajut Kembali Kebersamaan Membangun Negeri Usai Pemilu 2024' di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (14/3/2024).
Ia menyebut Prabowo Subianto sudah beberapa kali kalah dalam pertarungan pilpres, namun kini berdasarkan hasil real count sementara KPU, paslon nomor urut 2 tersebut berpotensi besar akan menjadi presiden terpilih.
"Dan apakah kemenangan itu murni? Dalam catatan saya murni, karena apa? Saya di lapangan setiap hari, saya bertemu dengan masyarakat, bertanya kepada masyarakat bapak ibu akan pilih siapa? pilih Pak Prabowo," kata dia.
Alasan masyarakat memilih Prabowo, Hero melanjutkan, sangat banyak. Tetapi dirinya membantah Prabowo menang karena adanya mobilisasi. "Mobilisasi oleh siapa? Enggak ada yang mobilisasi orang dari kamar tidur untuk datang ke TPS, tidak ada. Saya menjadi bukti dan saksi di situ, karena saya juga milih di kampung," ujarnya.
Oleh karena itu, narasi yang dibangun terkait dengan stigma negatif akan kecurangan pemilu, menurutnya hanya halusinasi pihak yang kalah saja. "Stigma negatif bahwa Pemilu curang, banyak keterlibatan aparat dan lain sebagainya, menurut saya tidak terjadi itu," ucapnya tegas.
Sumber: inilah