Peneliti SMRC Miris Mendengar Gibran Potensial Jadi Ketum Golkar: Apakah Golkar Serendah Itu?

Peneliti SMRC Miris Mendengar Gibran Potensial Jadi Ketum Golkar: Apakah Golkar Serendah Itu?

Gelora News
facebook twitter whatsapp
Peneliti SMRC Miris Mendengar Gibran Potensial Jadi Ketum Golkar: Apakah Golkar Serendah Itu?


GELORA.CO - Peneliti Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Saidiman Ahmad merasa miris mendengar cawapres nomor urut dua Gibran Rakabuming Raka disebut potensial menduduki posisi ketua umum (Ketum) Partai Golkar.

Pasalnya dengan menyerahkan kursi kepemimpinan kepada orang di luar partai, seperti Gibran yang masih tercatat sebagai kader PDIP, Golkar menunjukkan kerendahan dan penghinaan terhadap diri sendiri.

"Miris mendengar isu begini. Apakah Golkar akan serendah itu mau menyerahkan kursi ketua pada yang bukan kadernya? Apakah itu bukan seperti penghinaan pada Golkar?" ucapnya, dikutip populis.id dari akun X pribadinya, Rabu (13/3).

Sebelumnya, Direktur Eksekutif Indo Barometer M. Qodari cawapres nomor urut dua sekaligus putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi), Gibran Rakabuming Raka potensial menduduki posisi ketua umum (ketum) Partai Golkar.

Qodari menyampaikannya ketika membahas isu Jokowi akan menjadi ketum Partai Golkar pada Musyawarah Nasional (Munas) yang direncanakan akan digelar pada akhir tahun 2024 atau Desember.

"Nah saya mungkin berbeda dengan beberapa pandangan atau analisa yang berkembang, menurut saya Pak Jokowi tidak akan masuk ke Partai Golkar beliau tidak akan menjadi ketua umum dan beliau akan tetap menjadi tokoh yang berada di atas semua partai politik,” kata Qodari, Selasa 12 Maret 2024, dikutip dari VIVA.

"Sesungguhnya menurut saya ada satu calon yang juga sangat potensial untuk menjadi ketua umum Golkar ke depan yaitu Gibran Rakabuming Raka," imbuhnya.

Lebih lanjut, ia pun menjelaskan alasan Gibran layak untuk memimpin Partai Golkar, pertama karena akan menduduki posisi sebagai wakil preside, dan kedua Partai Golkar ke depan harus berorientasi terhadap anak muda karena pemilih terbanyak berasal dari kalangan tersebut.

Sumber: populis
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita