Hal tersebut menyusul aksi pembubaran pengajian Ustaz Syafiq Riza Basalamah di Surabaya.
Pengajian Ustaz Syafiq dibubarkan oleh organisasi masyarakat (Ormas) Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor).
GP Ansor menolak keras ajaran yang disampaikan sang penceramah karena memahami ideologi wahabisme.
Ideologi wahabisme sendiri muncul pertama kali di Arab Saudi.
Penggagasnya adalah seorang ulama bernama Muhammad bin Abdul Wahhab.
Di Indonesia, sosoknya dikenal sebagai ulama penyebar paham wahabi yang digeluti oleh sejumlah penceramah.
Penjelasan Pangeran Saudi
Pangeran Arab Saudi Mohammed bin Salman menjelaskan terkait masalah ini.
Ketika diwawancarai oleh media Amerika Serikat, Pangeran Saudi menyangkal semua tudingan kerasnya ajaran wahabi.
Ia menegaskan bahwa wahabisme bukanlah ideologi baru, akan tetapi sebuah metode ajaran yang digagas berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah.
Kalimat pertama yang disampaikan Pangeran MbS, Muhammad bin Abdul Wahhab bukanlah seorang Nabi dan Malaikat.
"Saya ingin mengatakan bahwa Muhammad bin Abdul Wahhab bukan Nabi, dia juga bukan malaikat," bukanya pada Maret 2022, dilansir dari Saudi Gazette.
Pangeran MbS menjelaskan bahwa Muhammad bin Abdul Wahhab hanya seorang ulama.
Kemunculannya memang begitu kontroversial karena disebu-sebut andil besar berdirinya Kerajaan Saud di Arab.
Namun Pangeran MbS menegaskan kembali bahwa Muhammad bin Abdul Wahhab hanya seorang ulama.
"Dia hanya seorang ulama seperti kebanyakan ulama lainnya yang pernah hidup di era awal pendirian [Kerajaan] Saudi, di antara para pemimpin militer dan politik," terangnya.
Ajarannya Disalahgunakan
Pangeran Saudi menyebut ajaran Muhammad bin Abdul Wahhab banyak disalahgunakan oleh kelompok-kelompok ekstremis.
Ia mencontohkan seperti kemunculan kelompok ekstrem dan teroris ISIS di Suriah, Irak.
Kelompok tersebut muncul karena salah memahami ajaran yang disampaikan Muhammad bin Abdul Wahhab.
Pangeran menceritakan, ajaran sang ulama diyakini oleh sejumlah oknum murid yang hanya tahu membaca dan menulis.
Parahnya, mereka menggunakan perspektif sendiri, melanggar kaidah menuntut ilmu agama, jika tidak tahu atau tidak paham kucinya bertanya.
"Sejarah yang telah tercatat dari perspektif mereka," jelasnya.
Mudahnya, seorang murid yang belajar kepada guru di sekolah, tapi hanya menulis dan membaca tanpa memahami konteks dan tidak mau bertanya.
Fenomena tersebut sudah familiar di sekolah-sekolah umum lainnya sampai sekarang. Tak bisa dipungkiri.
Kitab-kitab Muhammad bin Abdul Wahhab
Pangeran MbS mengatakan jika kelompok ekstremis berdosa kepada Muhammad bin Abdul Wahhab.
Pasalnya banyak kitab-kitabnya yang digunakan kelompok esktrem untuk membenarkan ideologi menyimpang mereka.
By the way, kelompok ekstremis yang dimaksud adalah kelompok khawarij.
Kelompok tersebut dikenal pintar membaca Al-Quran dan Hadist tetapi hanya sebatas tekstual.
"Saya yakin jika Abdul Wahhab, Bin Baz, dan ulama lainnya masih hidup hingga sekarang, mereka akan jadi barisan terdepan yang melawan ide-ide ekstremis dan kelompok teroris itu," bebernya.
Pangeran Saudi kembali memberi contoh penyimpangan yang dilakukan kelompok esktremis.
Disebutkannya, kelompok esktremis kerap memelintir ajaran yang menjadi dasar hukum di Arab Saudi itu.
Seperti ketika seorang tokoh agama meninggal dunia, kelompok keras itu biasanya memakai kalimat para ulama Suadi, tetapi juga memelintirnya.
Pangeran Saudi juga menegaskan bahwa ideologi kelompok esktremis tak akan sama, dan bukan satu-satunya paham di Arab Saudi.
"Mulai saat ini tidak boleh ada satu pun pihak yang memaksakan ajaran mereka yang menjadikannya satu-satunya paham di Saudi," jelasnya.
Fakta, kata MbS, di bawah Kerajaan Salam bin Saud saat ini, merangkul pemahaman antar kelompok Sunni dan Syiah di Arab Saudi.
Terdapat sejumlah madrasah-madrasah Syiah berdiri di Saudi, selain Sunni.
Sumber: disway