"Kemungkinan PDIP mengambil sikap oposisi mengemuka bersama PKS," kata Agung kepada wartawan, Rabu (27/3/2024).
Menurut Agung, dua partai tersebut memiliki sejarah panjang berada di luar pemerintahan. Di mana, PDIP selama 10 tahun Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjadi oposisi.
Sementara PKS, 10 tahun Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) juga menjadi oposisi.
"Dalam konteks PDIP di masa Presiden SBY dan dalam konteks PKS di masa Presiden Jokowi," ujar Agung.
Karenanya, Agung menuturkan, peluang PDIP dan PKS untuk menjadi oposisi Prabowo sangat besar.
"Sehingga celah untuk tidak ada oposisi sementara mengecil. Karena baik PDIP maupun PKS sampai hari ini fokus bersidang di MK," ucapnya.
Sebagaimana diketahui, KPU telah resmi menetapkan pasangan nomor urut 2, Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka sebagai pemenang Pilpres 2024.
Hal ini berdasarkan hasil rekapitulasi perolehan suara pada 128 wilayah kerja panitia pemilihan luar negeri (PPLN) dan 38 provinsi yang dilakukan KPU sejak Rabu (28/2/2024) hingga Rabu (20/3/2024).
Prabowo - Gibran berhasil mengungguli kandidat lainnya dengan meraih 96.214.691 suara.
Kemudian pasangan nomor urut 1, Anies Baswedan - Muhaimin Iskandar berada di urutan kedua dengan 40.971.906 suara.
Terakhir, pasangan nomor urut 3, Ganjar Pranowo - Mahfud MD hanya mampu mengoleksi 27.040.878 suara.
Dari total 38 provinsi, Prabowo - Gibran berhasil menang di 36 provinsi. Anies - Muhaimin unggul di dua provinsi. Sementara, Ganjar - Mahfud tak unggul di provinsi mana pun.
Sumber: tribunnews