Minuman Surga di Al-Quran Ternyata Ada di Indonesia

Minuman Surga di Al-Quran Ternyata Ada di Indonesia

Gelora News
facebook twitter whatsapp
Minuman Surga di Al-Quran Ternyata Ada di Indonesia


GELORA.CO -  Dalam Surat Al-Insan ayat ke-5 dan 6, Allah berfirman: "Sungguh, orang-orang yang berbuat kebajikan akan minum dari gelas (berisi minuman) yang campurannya adalah air kafur, yaitu mata air dalam surga yang diminum oleh hamba-hamba Allah dan mereka dapat memancarkannya dengan sebaik-baiknya."

Maksud dari air kafur adalah air kamper atau kapur barus. Menariknya, catatan sejarah menunjukkan bahwa kamper yang disebut di Al-Quran dan beberapa riwayat Nabi Muhammad ada kaitannya dengan Indonesia, yang membuktikan besarnya jaringan perdagangan bangsa kita. 

Bagaimana bisa?


Perlu diketahui, pohon kamper tak bisa tumbuh di Timur Tengah. Oleh karena itu, masyarakat harus melakukan impor kamper dari luar daerah. Dalam proses impor, memperoleh kamper bukan usaha sulit. Sebab, kamper sudah diperdagangkan di sebagian besar dunia sejak abad ke-4 Masehi, tiga abad sebelum Al-Quran turun. 

Terkait lokasi penghasil kamper, sumber-sumber Arab menyebut daerah Fansur. Peneliti Prancis Nouha Stephan dalam "Kamper dalam Sumber Arab dan Persia: Produksi & Penggunaanya" menganalisis teks-teks tradisional yang menyebut Fansur. Salah satu yang ditelitinya adalah deskripsi ahli geografi Ibn Sa'id al Magribi. Ibn Sa'id yang meninggal di akhir abad ke-13 merinci secara spesifik bahwa Fansur penghasil kamper berasal dari Pulau Sumatera. 

Selain itu, pendapat lain juga diungkap arkeolog Edward Mc. Kinnon dalam Ancient Fansur, Aceh's Atlantis (2013). Dia menyebut Fansur terletak di ujung barat Aceh. Hipotesis ini didasarkan pada pertimbangan letak geografis dan data perdagangan dari catatan tertulis yang menyebut nama Panchu sebagai penghasil kamper. 

Bukti sahih lain juga diungkap Claude Guillot dalam Barus Seribu Tahun yang Lalu (2008). Dia menyimpulkan ada tiga kawasan tempat kamper tumbuh dengan sendirinya yang perlu diperhatikan, yakni Sumatera, Semenanjung Melayu, dan Borneo (Kalimantan). Namun, sejarawan tersebut mengerucutkan secara spesifik lebih lanjut soal lokasinya, yakni daerah Barus di Sumatera.

"Kami dapat menyimpulkan bahwa sebagian besar atau seluruh kamper yang diperdagangkan sebelum kira-kira abad ke-10 Masehi dan penemuan kamper di Borneo berasal dari utara Sumatera, yakni Barus," tulis Guillot.

Jika mengacu pada klaim Guillot, maka kamper yang dicatat dalam Al-Quran dan riwayat Nabi Muhammad atau digunakan dalam pengawetan mumi di Mesir, berasal dari Barus, Sumatera. 

Lebih lanjut, sejarawan Jajat Burhanudin dalam Islam Dalam Arus Sejarah Indonesia (2020) menceritakan, Barus memang sudah dikenal lama dalam dunia perdagangan. Bahkan, nama Barus sudah dikenal sebagai bandar kuno sejak abad ke-1 Masehi berdasarkan catatan ahli Romawi, Ptolemy. Biasanya, para pedagang Arab mengunjungi daerah tersebut melalui rute tersendiri.

Jajat menduga, orang Arab dan Persia tiba di Barus melalui perjalanan langsung dari Teluk Persia, melewati Ceylon, lalu tiba di Pantai Barat Sumatera. Pada titik inilah, Barus terbukti sebagai daerah penghasil kamper dan sudah berkembang jadi pelabuhan penting di Sumatera.

Seiring waktu, Barus jadi pelabuhan krusial di era Kerajaan Sriwijaya abad ke-10. Denys Lombard dalam Nusa Jawa Silang Budaya (1996) menceritakan, kamper sudah jadi barang yang sangat laku di pasar internasional. Banyak para pengembara Arab berkunjung ke sana menggunakan kapal-kapal besar untuk mengangkut kamper. 

Belakangan peran penting kamper juga tak hanya di sektor perdagangan, tetapi juga religi. Kelak, sejarah Indonesia mencatat berkat perdagangan kamper terjadi proses Islamisasi di Nusantara pada abad ke-7 Masehi. Sampai sekarang, kamper di Barus masih diperdagangkan. 

Sumber: cnbc
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita