OLEH: DJONO W OESMAN
Satu demi satu, anak-menantu Presiden Jokowi jadi politisi dan kepala daerah. Terbaru, Erina Gudono, isteri Ketum PSI Kaesang Pangarep diisukan bakal calon Bupati Sleman, DIY. Fenomena baru di perpolitikan Indonesia. Menarik perhatian para politisi.
KELUARGA Presiden RI Jokowi berisi lima orang. Joko Widodo, Ibu Negara Iriana, Gibran Rakabuming Raka (bakal Wakil Presiden RI), Kahiyang Ayu (yang suaminyi, Bobby Nasution Wali Kota Medan), dan Kaesang Pangarep (Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia).
Kalau nanti Erina Gudono benar-benar jadi Bupati Sleman, maka ada lima orang keluarga besar Jokowi jadi politisi dan pemimpin. Tapi, saat Pilkada digelar 27 November 2024, Jokowi sudah sebulan sebelumnya mengakhiri masa jabatan kedua Presiden RI. Sehingga jadi empat orang keluarga besar Jokowi jadi pemimpin.
Isu Erina bakal Cabup Sleman sangat gencar. Erina bakal diusung Partai Gerindra, pimpinan Prabowo Subianto yang bakal jadi Presiden RI. Isu ini juga ditanggapi pihak Partai Gerindra.
Wakil Ketua Organisasi, Kaderisasi, dan Keanggotaan DPD Partai Gerindra DIY, Widi Handoko kepada wartawan, Selasa, 12 Maret 2024 menjelaskan, kemunculan nama Erina Gudono berawal dari aspirasi masyarakat.
Widi: "Berawal dari aspirasi masyarakat, yang kemudian diakomodir oleh DPC Partai Gerindra Sleman."
Walau masih isu, tapi sudah diakomodir pihak Partai Gerindra. Juga, Erina selama ini bukan kader Partai Gerindra.
Widi: "Ini sebatas wacana. Belum ada pernyataan resmi dari beliau (Erina Gudono) dan pihak Gerindra sendiri juga belum pernah melakukan pendekatan secara personal untuk menemui beliau."
Bakal calon bupati Sleman dari Gerindra sudah ada empat. Lisman Pujakesuma, HR. Sukaptono, Anton Prabu Semendawai, dan Danang Wicaksana Sulistya.
Widi: "Tidak menutup kemungkinan DPC Partai Gerindra Sleman membuka peluang bagi kandidat dari pihak eksternal, seperti nama Erina Gudono yang diusulkan oleh masyarakat."
Ditanya wartawan tentang kepastian Erina dicalonkan Gerindra, Widi menjawab: "Kita menunggu konfirmasi saja dari beliau (Erina Gudono)."
Berdasar kejadian selama ini, isu itu bakal jadi kenyataan. Contoh kejadiannya, saat Wali Kota Solo, Gibran maju sebagai Cawapres mendampingi Prabowo. Juga saat Kaesang jadi Ketum PSI.
Semua bermula dari isu. Dari isu menghasilkan dukungan masyarakat. Setelah dukungan masyarakat dinilai antusias, barulah si calon benar-benar maju ke pemilihan. Terbukti, Gibran bakal menang Pilpres.
Itu semua terjadi, sebab mayoritas masyarakat Indonesia mengagumi kinerja Presiden Jokowi. Berdasar hasil survei, tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Presiden Jokowi 81 persen. Tertinggi dari semua presiden Indonesia.
Jadi, apakah ada yang salah jika keluarga besar Jokowi terjun politik dan menang pemilihan? Jawabnya, tidak. Keluarga besar Jokowi kan cuma berikhtiar. Sama halnya ribuan peserta Pemilu 2024 berikhtiar. Jadi peserta Pemilu. Penentunya adalah rakyat.
Karena rakyat suka pada Presiden Jokowi, maka seluruh keluarga Jokowi bakal didukung rakyat jika ikut Pemilu atau Pilkada. Begitu logikanya.
Seumpama, Jan Ethes, cucu Jokowi, kini sudah dewasa dan maju ke Pemilihan Wali Kota Solo, mungkin bisa menang. Soal curang atau tidak, kan harus dibuktikan oleh penggugat. Lalu jadi gugatan Pilkada.
Tapi, tidak begitu buat lawan politik Jokowi. Setidaknya, buat orang yang terkejut dengan fenomena Keluarga Besar Jokowi. Terbaru, disampaikan pengamat politik Ikrar Nusa Bhakti di acara bertajuk 'Omon-omon Soal Oposisi', Minggu, 10 Maret 2024.
Dilihat dari judul acara, kelihatan tidak formal. Tapi pernyataan Ikrar sangat serius. Begini:
"Masak, kita pemilik negeri ini, pemilik kedaulatan rakyat, bukan anak kos dari negeri ini, masak dikalahkan oleh satu keluarga yang jumlahnya 5 orang itu? (maksudnya, keluarga Jokowi). Jadi ini yang berkali-kali saya katakan, sampai seperti kaset rusak gitu kan."
Ucapan Ikrar bersifat dikotomi. Antara rakyat pemilik negeri ini, dengan keluarga Jokowi. Pemilahan keliru. Seolah keluarga Jokowi bukan anggota dari rakyat pemilik negeri ini. Kecuali, dikotomi antara rakyat pemilik negeri ini dengan (misalnya) Kim Jong Un.
Ikrar: "Anda bisa bayangkan, Gibran yang belum jadi apa-apa, itu bisa ngomong kepada tim suksesnya ya, bahwa 'tolong, tolong adik saya supaya suaranya itu bisa mencapai angka yang kemudian bisa masuk parlemen'. Saya ngomong gini bukan mustahil angka untuk 4 persen PSI masuk itu bisa terjadi kalau kita membiarkan perhitungan suara yang kacau itu di KPU itu terus berjalan.”
Dilanjut: "Dan, bukan mustahil jangan-jangan nanti istrinya Kaesang ataupun Gibran juga akan jadi pejabat mana. Calon bupati, nah… ini kan. Tuh, istrinya Kaesang akan jadi calon Bupati Sleman. Kaesang akan jadi calon Bupati Batang ya? Jangan emosi, ya.”
Indonesia negara demokrasi. Orang bebas bicara, lengkap dengan tanggung jawab atas isi pembicaraan. Sehingga, tidak ada yang melarang Ikrar bicara. Meskipun bersifat agitatif. Asal, tidak menghina seseorang di depan publik.
Keluarga Jokowi mirip keluarga Kennedy di Amerika Serikat (AS). Presiden AS, John F. Kennedy dibunuh pada enam dekade lalu. Ia bersaudara juga sepupunya jadi ‘orang sangat penting’ di sana.
Dikutip dari NPR, 13 Juli 2023, berjudul: RFK Jr. is building a presidential campaign around conspiracy theories, disebutkan, RFK Jr bakal maju ke Pilpres Amerika, 5 November 2024.
RFK Jr (Robert Francis Kennedy Jr) adalah keponakan mantan Presiden AS, John F. Kennedy. Kelahiran Washington DC, 17 Januari 1954. Warga sana mengenalnya dengan inisial RFK Jr. Ia politikus Amerika, pengacara lingkungan hidup, dan aktivis yang mempromosikan misinformasi anti-vaksin dan teori konspirasi kesehatan masyarakat.
RFK adalah putra jaksa agung dan senator AS, Robert F. Kennedy. Ia juga keponakan presiden AS John F. Kennedy, juga keponakan senator Ted Kennedy. Keluarga besar Kennedy jadi orang-orang sangat penting di sana.
Media NPR di beritanya itu, membuka kalimat begini:
Sejak Robert F. Kennedy Jr. berkampanye menantang Presiden AS, Joe Biden untuk nominasi presiden dari Partai Demokrat tahun 2024, ia telah memberikan berjam-jam wawancara di podcast, majalah, dan jaringan TV.
RFK Jr melukiskan gambaran dunia yang gelap dan penuh konspirasi, penuh dengan teori-teori yang terbantahkan, klaim-klaim yang menyesatkan, dan kebohongan-kebohongan.
Kata-kata RFK, dikutip NPR, begini: Wi-Fi menyebabkan kanker dan "otak bocor", kata Kennedy kepada podcaster Joe Rogan bulan lalu.
Antidepresan adalah penyebab penembakan di sekolah, renungnya saat tampil bersama CEO X (dulu Twitter) Elon Musk.
Bahan kimia dalam persediaan air dapat mengubah anak-anak menjadi transgender, katanya kepada psikolog dan podcaster sayap kanan Kanada, Jordan Peterson, menggemakan pernyataan salah yang dibuat oleh penulis serial serial Alex Jones. AIDS mungkin tidak disebabkan oleh HIV.
Semua pernyataan RFK Jr anti-mainstream. Sehingga media massa di AS cenderung menyerangnya. Termasuk kutipan NPR di atas.
Keluarga besar Kennedy dengan keluarga besar Jokowi mirip, walau tidak sama persis. Kesamaannya pada: Mereka jadi orang penting di negara masing-masing.
Sesungguhnya, seseorang menjadi orang penting di suatu negara akibat anggota keluarga atau kerabatnya adalah orang penting, tidak ada yang salah. Karena masyarakat berpersepsi, bahwa seseorang yang keturunan orang penting itu, dianggap sebagai orang penting juga.
Contoh: Megawati Soekarnoputri, yang puteri Presiden pertama RI, Ir Soekarno. Megawati jadi Presiden RI ke lima, kini Ketum PDIP.
Cuma, politik isinya jargon-jargon, klaim-klaim, agitasi-agitasi, pembentukan opini publik. Repotnya, karena membentuk opini publik, maka bisa menimbulkan dukungan-dukungan. Pendukung fanatik bisa bicara, menulis, bertindak ekstrem. Ini yang bahaya.
(Penulis adalah Wartawan Senior)