Meski membenarkan dirinya memutus aliran air bersih warga, namun Sumedi membantah hal itu dikarenakan kegagalannya lolos ke parlemen Kota Cilegon.
Ia berdalih, pemutusan aliran air bersih dilakukan atas kesepakatan bersama untuk mencari solusi agar bisa menutup beban biaya yang selama ini sudah ditanggungnya.
"Iya memang saya caleg, memang iya saya gagal, mungkin Allah belum merestui dan meridhoi saya untuk mewakili yang seutuhnya," kata Sumedi, Rabu (13/3).
"Itu sudah berjalan 4 tahun lebih yang selisihnya antara Rp 2 sampai Rp 2,5 juta setiap bulannya, dan saya harus mensubsidi pembayaran listrik untuk pengaliran air bersih ke masyarakat," imbuhnya.
Dikatakan Sumedi, sebelum pemutusan aliran air bersih ke warga, dirinya sempat mengundang para tokoh masyarakat setempat untuk meminta agar biaya listrik dan perawatan mesin diserahkan sepenuhnya ke warga.
Bahkan, lanjutnya, dirinya pun sempat menawarkan agar biaya pengambilan air bersih dari sumur bor miliknya dinaikkan untuk menutupi biaya yang ditanggungnya lantaran sudah tak punya biaya usai dirinya nyaleg.
"Saya berharap naik, supaya bisa menutupi biaya listriknya, ternyata sampai detik ini belum ada solusi. Saat itu saya bilang air sementara saya tutup, bukan saya putus, hanya sementara, karena tujuannya supaya ada yang terbaik buat saya pribadi, dan ada solusi yang terbaik buat masyarakat," jelasnya.
Meski begitu, Sumedi pun tak memungkiri dirinya kecewa terhadap warga Kampung Cisuru yang tak memberikan suara kepada dirinya saat Pileg 2024 kemarin lantaran tergiur uang yang diberikan caleg lain.
Padahal, kata Sumedi, sempat terjadi kesepakatan antara dirinya dengan warga untuk memilih dirinya sebagai bentuk kompensasi sudah dibantu diberikan aliran air bersih selama bertahun-tahun.
"Dari jumlah 140 warga yang masuk DPT, saya cuma berharap itu cuma 100 suara, wajarlah sekitar 70 persen saja, tapi yang saya dapat cuma 45 persen. Itu akibat serangan fajar, pelakunya si RT sendiri yang pada malam hari dia sengaja bawa uang dari salah satu calon untuk dibagikan ke masyarakat, beli suara," ungkapnya.
"Kurang lebih 4 tahun saya bantu air bersihnya, bahkan alhamdulillah air yang saya alirkan ke sana PH-nya 7, itu luar biasa, bahkan masyarakat Cisuru sendiri bisa mengkonsumsi air bersih," tambahnya.
Sumedi menegaskan, dirinya akan kembali membuka aliran air bersih ke warga Kampung Cisuru bila sudah ada solusi terbaik yang didapat dari kedua belah pihak.
"Bukan saya tutup, hanya sementara supaya ada solusi terbaik buat saya dan masyarakat," ucapnya.
Sebelumnya, warga Kampung Cisuru, Kelurahan Suralaya. Kecamatan Pulomerak, Kota Cilegon, terpaksa harus mengambil air bersih sejauh 2 kilometer usai saluran air bersih yang biasa digunakan putus oleh pemilik pompa air yang merupakan caleg DPRD Kota Cilegon dari PKS, Sumedi Madasik.
"Tahun 2018 kami minta bantuan ke Pak Sumedi agar sumur pompanya dialiri ke kampung kami. Dan Pak Sumedi setuju dengan kesepakatan warga membayar Rp 5.000 per kubikasi, dan warga pun setuju. Namun tahun ini Pak Sumedi nyaleg dari PKS, dan di TPS kami itu suaranya tidak sesuai harapan, makanya aliran air dari pompa miliknya diputus," kata salah seorang warga Kampung Cisuru, Misnawati.
Sumber: kumparan