Peserta aksi mulai memadati lokasi sejak pukul 13.30 WIB. Hujan deras sempat melanda, namun tidak menyurutkan semangat mereka untuk turun ke bawah.
Sejumlah spanduk bertuliskan aspirasi mereka turut dibentangkan. Diantaranya bertuliskan 'Pemilu! Banjir Bansos Sembako Jadi Mahal', 'Makzulkan Jokowi Gibran'.
Menurut Direktur Eksekutif Solo Ryder Forum, Alfian Tanjung, cawe-cawe Presiden Jokowi pada Pemilu 2024 telah menimbulkan musibah bangsa. Nafsu kekuasaan dinasti telah merusak etika dan norma hukum.
Penyelewengan anggaran negara melalui Bansos, tutur dia, telah mengeksploitasi rakyat miskin menjadi sapi perah suara demi kemenangan anak dan pasangan.
Ia mengatakan, intimidasi dan tekanan oleh aparatur negara berlangsung sistematis menekan rakyat yang bermuara pada pemenangan anak dan pasangannya. "Kecurangan dan manipulasi yang dilakukan Penyelenggara Pemilu berlangsung secara Terstruktur, Sistematis dan Masif," ucapnya, dikutip Inilahjateng, Jumat (1/3/2024).
Alfian juga menyebut, Komisi Pemilihan Umum (KPU) menjelma menjadi komisi pencurian suara secara umum. Sirekap, ucap dia, menjadi perampok dan mesin gelembung suara bagi Paslon tertentu.
Ia menambahkan, Bawaslu juga menjelma menjadi institusi pengawas yang memilukan. Sehingga tidak menunjukkan sedikit pun independensi dan integritasnya. Oleh karena itu tidak ada pilihan lain bagi rakyat yang waras, beretika dan menjunjung tinggi norma berbangsa serta bernegara kecuali menyampaikan tuntutan.
Adapun tuntutan yang diorasikan, pertama segera lengserkan Jokowi dari jabatannya sebagai Presiden RI dan lakukan proses peradilan. Kedua copot Ketua KPU dan Bawaslu serta lakukan audit forensik atas perangkat IT KPU dan Bawaslu.
"Tolak Hasil Pemilu yang penuh kecurangan dan manipulasi suara. Diskualifikasi Paslon Pilpres 2 dan dukungan penuh kepada DPR RI untuk segera menggelar Sidang Hak Angket untuk membuka seterang-terangnya atas perilaku politik Presiden Jokowi dan penyelenggara pemilu," katanya.
Menurutnya saat ini ketentuan-ketentuan hukum sudah ditrabas dengan terus menerus. Bahkan mirisnya, dia melihat kondisi saat ini lebih sadis dari masa Orde Baru (Orba).
Di mana, tutur dia, rakyat kelabakan dengan harga pangan yang beranjak naik dan berbagai persoalan tidak bisa dikomunikasikan sehingga tidak mendapat penjelasan.
"Aksi ada di Solo ini, kepentingan kita hari ini kita mengatakan bahwa sekecil apapun ruang kita masih ingin mengatakan kita tidak pernah mau disikapi dengan cara-cara seperti ini, bagaimana pun hal-hal yang sifatnya menyelingkuhi konstitusi, hal-hal yang berhubungan dengan kerja-kerja pengelolaan kenegaraan dengan format semau gue itu menjadi hal yang sangat dicampakkan," tuturnya.
Sumber: inilah