“Kami memohon agar publik terus memantau dan saling membantu untuk mengantisipasi kecurangan. Karena apapun bentuknya, pencurian suara, pemindahan suara, maupun penggelembungan suara adalah kejahatan pemilu.” kata Ketua Organisasi Sayap Partai Buruh, Sarjana untuk Indonesia, Gede Sandra, Jakarta, Rabu (6/3/2024).
Gede pun mencurigai data dan tabulasi sirekap KPU yang mendadak tidak bisa diakses publik. Sebelumnya, masyarakat bisa melihat secara langsung grafik atau bagan data hasil tabulasi sementara perolehan suara pemilu di Pilres dan Pileg 2024 per dapil. Tapi kini tidak lagi, karena sudah ditutup KPU.
“Ini kan malah mencurigakan. Kenapa proses tabulasi di sirekap malah ditutup aksesnya di saat publik semakin kritis, kita malah menjadi gelap atas apa yang terjadi pada tabulasi data. Jangan salahkan bila terjadi gelombang kemarahan rakyat yang kecewa atas proses yang tidak adil dan tidak transparan.” ujar Gede.
Gede menyarankan agar seluruh pemangku kebijakan Pemilu 2024, belajar dari negara lain yang sukses meningkatkan kualitas penyelenggaraan pemilunya, dari manual menjadi elektronik. Disebutnya Brazil.
"Brazil sebenarnya mirip Indonesia. Di masa masa lalu, pemilu di Brazil sarat dengan kecurangan, karena masih manual, menggunakan kertas suara dan penghitungan manual," kata Gede.
Kemudian, lanjutnya, Mahkamah Kepemiluan Brazil (Brazilian Supreme Electoral Court) memperkenalkan sistem pemilu berbasis elektronik. Pertama kali uji coba pada 1996 di beberapa wilayah, hasilnya sukses besar. "Kemudian diterapkan secara nasional di Brazil sejak 2000," kata dia.
Sebelumnya, banyak pihak ramai-ramai menyoroti penggelembungan suara parpol berlogo mawar merah yang dinahkodai Kaesang Pangarep, anak Presiden Jokowi. Kalangan intelektual dari berbagai lembaga penelitian ikut menyoroti masalah tersebut.
Dalam akun media sosial (medsos), Burhanuddin Muhtadi, professor ilmu politik di UIN Jakarta yang juga direktur lembaga Indikator, mengungkapkan kenaikan suara PSI seperti mengalami “ledakan”. Tidak smooth seperti partai-partai lainnya.
Saat dibantah oleh akun X pengurus PSI, Burhanuddin keukeuh menyatakan, jika suara masuk di Sirekap KPU sudah di atas 50 persen, maka volatilitas suara semakin berat.
Pakar Pemilu dari Universitas Indonesia (UI), Titi Anggraini menyebutkan, berdasarkan laporan yang diterima dari sejumlah TPS, memang ada pergeseran suara tidak sah ke perolehan suara parpol. Di salah satu TPS, suara tidak sah yang awalnya 10 dapat berubah menjadi 2. Lalu ke mana yang 8 suara? Ternyata berpindah masuk menjadi suara parpol. .
Muncul kasus Bantaeng, terjadi penggelembungan suara PSI yang tercatat di situs infopemilu.kpu.go.id bila dibandingkan formulir C1 berjenjang. Diberitakan, KPU Bantaeng mengoreksi perolehan suara PSI karena ada penggelembungan suara PSI yang tercatat di situs resmi KPU tersebut, dari yang seharusnya 1.986 suara (di formulir C1 berjenjang) menggelembung menjadi 3.862 suara (di sirekap KPU). Melonjak dua kali lipat.
Sumber: inilah