Kolonel militer Filipina Michael Logico mengatakan latihan militer itu bertajuk Balikatan atau bahu ke bahu. Nantinya, personel akan berlatih ke wilayah barat dan utara negara itu. Salah satu medan latihan tempur yakni Batanes, provinsi dekat Taiwan.
"Wajar jika kami melakukan latihan di wilayah tersebut karena jika wilayah itu merupakan wilayah Filipina, maka di sana lah kami mengibarkan bendera; ini adalah area yang kami pertahankan," kata Logico saat konferensi pers pada Selasa (5/3), dikutip The Straits Times.
Batanes merupakan wilayah yang akan terkena dampak signifikan jika China dan AS berperang merebutkan Taiwan atau jika Negeri Tirai Bambu menginvasi Taiwan, dikutip Benar News.
Logico juga menjelaskan latihan militer akan mencakup wilayah di provinsi Palawan di Laut China Selatan. Area ini kerap menjadi api perselisihan Filipina dan China dalam satu tahun terakhir.
"Ini adalah lokasi di mana kita dapat melakukan operasi gabungan secara memadai," kata dia lagi.
Lebih lanjut, Logico menerangkan konsep latihan sejalan dengan pergeseran fokus negara dari pertahanan internal ke pertahanan eksternal.
Dia juga menyebut latihan militer akan mencakup latihan penenggelaman kapal.
Sementara itu, diplomat Filipina sebelumnya mengatakan latihan ini akan fokus ke pelatihan keamanan siber dan "perang informasi."
Negara lain yang terlibat di latihan ini adalah Australia dan Prancis. Latihan bersama itu disebut-sebut akan melibatkan lebih dari 17.000 personel.
Hubungan Filipina dan AS di sektor pertahanan belakangan ini kian menguat. Pada 2023, Presiden Ferdinand Marcos Jr mengizinkan Negeri Paman Sam menambah pangkalan militer di negara tersebut.
Sementara itu, hubungan Filipina dan China terus memanas.
Pada Selasa, Filipina menuduh Coast Guard China melakukan "manuver berbahaya" di Laut China Selatan.
Mereka menganggap aksi itu memicu tabrakan kapal penjaga pantai Filipina saat hendak memasok logistik.
China selama ini mengklaim sebagian besar wilayah di Laut China Selatan. Filipina sempat membawa permasalahan ini ke pengadilan arbitrase pada 2016.
Pengadilan memutuskan menolak klaim China. Namun, mereka tak peduli dan tetap mengakui LCS secara sepihak.
Sumber: cnn