Menurut Rocky Gerung, meskipun Presiden Joko Widodo atauJokowi saat ini terlihat tenang dengan wacana hak angket itu, namun kata Dia, sebenarnya presiden sangat cemas.
Ketika disinggung soal hak angket makin mengerucut karena kemarin Surya Paloh ketua umum NasDem bersama ketua majelis syuro PKS dan Cak Imin beserta Anies bertemu dan memastikan mereka akan mendukung hak angket. Tinggal menunggu kepastian dari PDIP.
Rocky Gerung mengatakan bahwa Ia meyakini bahwa PDIP sudah pasti akan mendukung hak angket tersebut.
Karenanya, kata Rocky Gerung, Presiden Jokowi saat ini sebenarnya sangat cemas dengan hak angket tersebut, meskipun dia terlihat tenang-tenang saja.
"Fatwa PDIP itu sudah turun dari langit, kelihatan pak Jokowi sangat tenang. Sangat tenang itu artinya dia sangat cemas," katanya seperti dikutip tayangan Rocky Gerung Official.
Sebelumnya, Rocky Gerung mengatakan, dukungannya terhadap PDIP dan koalisi perubahan terkait pengajuan hak angket ke DPR untuk mengusut tuntas dugaan kecurangan pemilu 2024.
“PDIP bersama koalisi perubahan bisa membuka jalan menuju hak angket di DPR. Dukungan moral dari Anis dan kubu 01 bisa menjadi dukungan politik yang berarti," katanya.
Ia juga menyebut bahwa hak angket adalah kesempatan bagi PDIP menanam investasi politik dan investasi moral. Pasalnya, partai berlogo banteng ini harus tumbuh berdasarkan perintah sejarah.
"Karena kalau partai-partai lain merupakan partai yang sedikit pragmatis dan dibuat setelah orde baru atau setelah reformasi," katanya.
Lebih lanjut Rocky Gerung mengatakan, PDIP merupakan partai yang berakar kuat di dalam PNI Bung Karno.
Sehingga, harus sadar betul jika hak angket bukan hanya sekedar untuk mengusung hasil pemilu yang diduga dicurangi.
"Tapi ini hak untuk memulihkan martabat dignity yang dirusak oleh Jokowi," terangnya.
Menurut Rocky Gerung, Ia menganggap Jokowi telah merusak PDIP, merusak demokrasi, dan merusak sejarah Indonesia yang dipastikan berakar pada pikiran-pikiran Bung Karno.
"Jadi saya kira, ini sebetulnya mengkompori PDIP tapi bukan mengkompri pragmatis, namun ini kompor historis. Supaya PDIP keukeuh masuk parlemen dengan posisi hak angket dan dalil yang kuat," tuturnya.
Sebab, sambung Rocky, hak angket bukan hanya mengklaim kuantitatif hasil pemilu, tapi klaim kualititif terhadap ide demokrasi yang diporak-porandakan oleh Jokowi selaku kader PDIP.
"Beda kalau Jokowi memporak-porandakan Gerindra atau Golkar, tapi ini memporak-porandakan partainya sendiri. Ngamuk di rumahnya sendiri dan menghendaki PDIP tidak tumbuh," katanya.
Jokowi, lanjut Rocky Gerung, bermimpi untuk bisa memimpin PDIP. Namun Megawati melihat hal itu tidak mungkin terjadi karena dasarnya tetap akan ada feodalisme.
Sebab, di dalam PDIP itu ada hereditas atau pewarisan dari DNA Soekarno dalam menjalankan politiknya.
"Jadi saya mampu melihat duel itu berlangsung antara Megawati yang mempunyai posisi moral standing yang kuat dan histrocal position yang teguh berhadapan dengan Jokowi yang masih mau berupaya mematahkan isu angket ini dengan membujuk kader-kader PDIP untuk berkhianat. Jokowi ini seperti maling kundang dan memalin-kundangi dirinya lagi sendiri," tandasnya.
Sumber: viva