GELORA.CO – Feri Amsari, salah satu presentator yang mendiskusikan film Dirty Vote di beberapa kampus di tanah air, mengaku akan tetap melanjutkan misinya mencerdaskan masyarakat tentang pentingnya menegakkan demokrasi, meskipun beberapa kali mengalami teror.
Menurut Feri, dirinya dan beberapa teman lain yang terlibat dalam pembuatan film tentang kecurangan pemilu itu, tetap akan melakukan roadshow diskusi 'Setelah Dirty Vote", meskipun Jumat (23/2) mengalami teror dari pihak rektorat kampus UIN Sunan Gunung Djati Bandung dengan cara mematikan lampu gedung pada saat diskusi berlangsung.
“Sejauh ini kami anggap bukan sesuatu hal yang mengkhawatirkan,” kata Feri, saat berbincang dengan JawaPos.com, Sabtu (24/2).
Saat ini kata Feri, setelah keliling berbagai kampus di Pulau Jawa, dirinya bersama pemain lain seperti Zaenal Arifin Mochtar (Dosen UGM), Bivitri Susanti (Dosen STH Jentera) dan sutradara film Dandy Laksono, akan melanjutkan diskusi film tersebut ke Pulau Sumatera.
“Setelah berbagai kampus di Pulau Jawa, kita geser ke Sumatera,” pungkas Feri.
Sebelumnya diberitakan, roadshow diskusi bareng pemain beserta sutradara film Dirty Vote berlangsung tak mulus. Berbagai teror kembali dialami para presentator dan sutradara yang membintangi film tentang dugaan kecurangan Pemilu 2024 tersebut. Terkini, pihak Universitas Islam Nasional (UIN) Sunan Gunung Jati Bandung, tetiba meneror dengan cara mematikan lampu secara sengaja, saat diskusi tentang film tersebut berlangsung Jumat (23/2) malam.
Terkait adanya dugaan teror tersebut, salah satu presentator film Feri Amsari, mengatakan jika awalnya pihak rektorat melarang mahasiswanya menggelar acara diskusi film yang kini menjadi buah bibir di masyarakat. Pelarangan tersebut diduga didasari karena diduga adanya tekanan dari pihak aparat.
Atas pelarangan itu, bukannya menurut, para mahasiswa kata Feri, justru lebih bersemangat menggelar acara diskusi yang dihadiri para pemain film seperti Bivitri Susanti (Dosen STH Jentera), Zaenal Arifin Mochtar (Dosen UGM), Feri Amsari (Dosen Universitas Andalas Padang) beserta sutradara Dandy Laksono.
“Jadi para mahasiswa tetap ingin adakan. Dengan alasan lokasi acara dipakai wisuda, maka acara dipindah ke ruang kesenian,” kata Feri saat berbincang dengan JawaPos.com, Sabtu (24/2).
Atas dasar kesepakatan itu, acara pun akhirnya digelar dan dihadiri ratusan mahasiswa. Sayangnya saat acara berlangsung sekitar satu jam, tetiba pihak rektorat kampus melalui pegawainya, diduga sengaja mematikan lampu lsitrik di gedung tempat penyelenggaraan acara.
Menghadapi upaya teror tersebut, para mahasiswa tak bergeming. Mereka meminta sejumlah narasumber tetap melanjutkan jalannya diskusi. Akhirnya acara pun tetap dilanjutkan hingga sekitar pukul 22.15 WIB.
“Mereka (mahasiswa) nggak mau keluar. Jadi kita lanjutkan saja denganan penerangan lampu kamera hp masing-masing,” jelas pendiri pendiri Firma Hukum Themis Indonesia ini.
Terkait adanya upaya teror ini, JawaPos.com berupaya meminta konfirmasi kepada Helmi, selaku pihak Humas UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Namun, hingga berita ini dipublikasikan, yang bersangkutan belum membalas pesan konfirmasi yang dilayangkan.
Untuk diketahui, diskusi bertajuk “Setelah Film Dirty Vote” ini telah digelar di beberapa kampus di berbagai kota di Pulau Jawa Seperti Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Islam Indonesia (UII), Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Kampus Universitas Katolik Widya Mandala (UKWM) Surabaya, Universitas Widyagama Malang, Univeritas PGRI Semarang, dan Universitas Parahyangan Bandung, dan Universitas Padjajaran Bandung. Dilain pihak, film ini telah ditonton lebih dari 30 juta di seluruh dunia.
Sumber: Jawapos