GELORA.CO -Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto merasa telah banyak terjadi keanehan hasil quick count Pilpres 2024. Hasto menyebut, ada perbedaan 180 derajat antara harapan warga Indonesia di dalam dan luar negeri.
Ia membandingkan hasil exit poll luar negeri dengan quick count dalam negeri. Pasalnya, exit poll luar negeri dari sejumlah lembaga menunjukkan di banyak negara pasangan calon (paslon) nomor urut 3 Ganjar Pranowo-Mahfud dan paslon nomor urut 1 Anies Baswedan unggul di banyak negara.
Sementara itu, hasil quick count dalam negeri paslon nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming yang jauh unggul di atas 50 persen.
"Exit poll di luar negeri itu mencerminkan tidak adanya operasi bansos, tidak adanya operasi intimidasi, tidak adanya operasi keterlibatan dari institusi-institusi negara sehingga warga Indonesia bisa menyampaikan pilihannya secara jernih," kata Hasto di kantor DPP PDIP, Jakarta Pusat, Rabu (14/2) malam.
Hasto menyebut, di dalam negeri banyak aspek kecurangan dari hulu ke hilir. Ia pun menyinggung soal fenomena overshooting alias hasil operasi kotor yang berlebihan dari target.
"Jadi kalau berburu itu nembaknya berlebihan. Ini pernah terjadi di Timor Timur pada Pemilu 1997 ketika suatu operasi masif dilakukan, maka sampai rezim penguasa saat itu kaget karena partai penguasa saat itu sampai mendapatkan hampir 100 persen," tegasnya.
Padahal berdasarkan hasil quick count internal, lanjut Hasto, Ganjar-Mahfud mendapatkan suara terbanyak dari partai lain. Namun, Ganjar-Mahfud sendiri malah meraih suara terburuk.
Ia pun merasa bingung, hasil quick count menunjukkan Ganjar-Mahfud kalah dengan Prabowo-Gibran di sejumlah wilayah dengan basis pendukung PDIP. Karena itu, PDIP akan mengusulkan ke Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud untuk membentuk tim khusus untuk mengumpulkan berbagai bukti-bukti kecurangan Pemilu 2024. "Kami akan mengusulkan kepada TPN Ganjar-Mahfud agar dibentuk suatu tim khusus," tegas Hasto
Sumber: jawapos