Rocky Gerung Blak blakan Bongkar Isu Kecurangan di Pemilu 2024, Hanya Satu TPS yang Bermasalah

Rocky Gerung Blak blakan Bongkar Isu Kecurangan di Pemilu 2024, Hanya Satu TPS yang Bermasalah

Gelora News
facebook twitter whatsapp
Rocky Gerung Blak blakan Bongkar Isu Kecurangan di Pemilu 2024, Hanya Satu TPS yang Bermasalah


GELORA.CO - Isu soal kecurangan dalam pelaksanaan Pemilu 2024 hingga berujung wacana hak angket kini terus mencuat ditengah masyarakat.

Sontak hal tersebut menjadi sorotan berbagai pihak terutama pengamat politik Rocky Gerung.

Dalam sebuah acara diskusi Spesial Rakyat Bersuara: Pemilu Curang, Hak Angket Bergulir. Ke Mana Ujungnya? bersama Aiman Witjaksono yang disiarkan secara langsung oleh iNews TV, Selasa (27/2/20224) malam, Rocky Gerung blak blakan bicara soal sumber kecurangan Pemilu.

Ia mengatakan bahwa dari 800 ribu lebih Tempat pemungutan suara (TPS) saat Pemilu berlangsung yang disebut bermasalah itu tidak ada, sebenarnya yang bermasalah cuma satu, yaitu TPS yang ada di Mahkamah Konstitusi atau MK.

Dalam hal ini, Rocky menyiratkan bahwa kecurangan dimulai dari putusan Ketua Mahkamah Konstitusi Anwar Usman Nomor 90/PUU-XXI/2023 soal batas usia Capres-Cawapres yang meloloskan Gibran Rakabuming Raka sebagai Cawapres Prabowo Subianto.

"Ada 800 ribu TPS, dibulatin aja itu, enggak ada yang bermasalah memang baik-baik saja. Hanya ada satu TPS yang bermasalah itu, di Mahkamah Konstitusi yang surat suaranya dicoblos oleh Jokowi langsung di situ. Udah dicoblos di Mahkamah Konstitusi kan," kata Rocky Gerung dalam acara tersebut.

Sontak, pernyataan Rocky yang langsung dipotong oleh mantan Komisioner Komnas HAM, Natalius Pigai yang juga hadir dalam dialog itu.

"Berarti hadirnya Gibran itu, abang benar-benar takut kan? Dia kan kandidat, bukan terpilih?" ucap Pigai. "Tidak (takut).

Jelas, saya enggak ngomong itu. Saya ngomong TPS yang bermasalah itu cuma satu yaitu TPS di Mahkamah Konstitusi, TPS Nomor 90," tegas Rocky membantah Pigai.

Rocky pun memberikan contoh ketika Adolf Hitler terpilih menjadi Presiden Jerman waktu itu yang dipilih secara demokrasi, namun keanehan terjadi setelah dua bulan menjabat.

"Tidak ada soal, Hitler itu dinyatakan legal dipilih secara demokrasi, tetapi dua bulan kemudian penduduk Berlin merasa ada yang aneh," kata Rocky.

Rocky kembali menegaskan, jika kecurangan yang terjadi pada Pemilu kali ini bukan hanya sekadar kuantitatif, tetapi dimulai dari pintu masuknya yakni putusan MK Nomor 90.

"Jadi, yang disebut kecurangan itu bukan sekadar data kuantitatif tapi perspektif orang tentang persoalan pertama pintu masuknya. Jadi saya terus mengatakan curang itu dimulai dari pintu masuk Mahkamah Konstitusi, udah. Dan itu kemudian kita tunggu di kotak-kotak suara," tandasnya.

Sumber: viva
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita