Dalam video yang diunggah akun Instagram, @ceramahgusbaha, tampak sosok bernama lengkap K.H. Ahmad Bahauddin Nursalim itu keluar dari mini market bersama dua anak.
Gus Baha mengenakan pakaian sederhana yang kerap dia kenakan saat memberikan ceramah atau kajian. Beliau mengenakan kemeja putih dan sarungan. Tidak lupa kopiah hitam di kepala.
Saat berada di parkiran minimarket menunggu kedua anaknya naik motor, seorang pengunjung yang mengenali Gus Baha langsung mencium tangan tanda hormat.
Sambil mengendarai motor matic, Gus Baha pun berlalu dari minimarket bersama kedua anak gadis yang diduga anak kandungnya.
Meski hanya berdurasi pendek, namun video ini banyak disukai dan menjadi sorotan netizen. Banyak yang kagum dengen kesederhanaan Gus Baha dalam kehidupan sehari-hari.
"Tidak silau dengan Dunia, semoga Gus baha selalu diberikan kesehatan dan umur yang barokah. Aamiinn," tulis seorang netizen.
"Maasyaa Alloh.. ulama luar biasa yg tawaddu', rendah hati dan sangat sederhana.. Barokallohu fiik Gus Baha," timpal netizen lainnya.
"kesederhanaan duniawinya jadi perhatian semua penghuni langit," tambah netizen lainnya.
"Masya Allah gus, anda bener-benar Alim ulama bersahaja, barakallah gus," tulis netizen lainnya. "Asli kyai yg gak pernah cari panggung," pungkas netizen lainnya.
Profil Gus Baha
K.H. Ahmad Bahauddin Nursalim, lebih dikenal sebagai Gus Baha (lahir 29 September 1970), merupakan ulama yang berasal dari Rembang. Gus Baha menikah dengan Ning Winda asal Pesantren Sidogiri Pasuruan.
Ia dikenal sebagai salah satu ulama ahli tafsir yang memiliki pengetahuan mendalam seputar al-Qur'an. Ia merupakan salah satu murid dari ulama kharismatik, Kiai Maimun Zubair.
Gus Baha merupakan putra dari seorang ulama pakar Al-Qur’an dan juga pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an LP3IA, Kiai Nursalim al-Hafizh, dari Narukan, Kragan, Rembang.
Dari silsilah keluarga ayah, Gus Baha’ merupakan generasi ke-4 ulama-ulama ahli Al-Qur'an. Sedangkan dari silsilah keluarga ibu, Gus Baha menjadi bagian dari keluarga besar ulama Lasem, dari Bani Mbah Abdurrahman Basyeiban atau Mbah Sambu.
Sebagai seorang santri tulen, yang berlatar belakang pendidikan non-formal dan non-gelar, Gus Baha' diberi keistimewaan untuk menjadi sebagai Ketua Tim Lajnah Mushaf Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta.
Gus Baha' duduk bersama para Profesor, Doktor dan ahli-ahli Al-Qur'an dari seluruh Indonesia seperti Prof. Dr. Quraisy Syihab, Prof. Zaini Dahlan, Prof. Shohib dan para anggota Dewan Tafsir Nasional yang lain.
Teladan yang bisa ditiru dari Gus Baha' adalah tentang kesederhanaanya. Kesederhanaan yang dipraktikan Gus Baha’ bukan berarti keluarga Gus Baha’ adalah keluarga yang miskin.
Karena kalau dilihat dari silsilah lingkungan keluarganya, tiada satupun keluarganya yang miskin. Bahkan kakek Gus Baha’ dari jalur ibu merupakan juragan tanah di desanya.
Saat dikonfirmasi oleh penulis perihal kesederhanaan beliau, beliau menyatakan bahwa hal tersebut merupakan karakter keluarga Qur'an yang dipegang erat oleh leluhurnya.
Ada salah satu wasiat dari ayahnya yang mengatakan agar Gus Baha' menghindari keinginan untuk menjadi manusia mulia. Hal inilah yang hingga kini mewarnai kepribadian dan kehidupan beliau sehari-hari.
Sumber: viva