GELORA.CO - Pasca Pemilu 2024, ada 95 orang mendaftar perawatan gangguan jiwa ke RSUD Tamansari, Jakarta Barat. Mereka antara lain calon anggota legislatif (caleg), anggota tim sukses caleg, capres, cawapres, dan anggota KPPS. Selain menderita stress dan depresi ringan, ada diantaranya hanya untuk mengikuti penyuluhan kesehatan mental.
Kepala Pelayanan Medik RSUD Tamansari dr Ngabila Salama kepada wartawan, mengatakan, mereka mendaftar pemeriksaan jiwa lewat online. “Baru sehari setelah pemilu, sudah 40 orang yang daftar uji stres. Mungkin mereka terlalu dini untuk stres. Proses penghitungan suara belum selesai,” kata Ngabila.
Menurutnya, orang merasa punya gangguan jiwa yang mendaftar pemeriksaan itu, tidak semuanya caleg. Dan tidak semuanya positif alami gangguan jiwa.
Dia tidak menyebutkan identitas pasien, termasuk tidak disebutkan, anggota timses siapa. ”Pokoknya timses,” ujarnya.
Ngabila menganjurkan masyarakat, terutama peserta pemilu, agar mencegah stres. Caranya, selalu berpikir positif dan mengambil hikmah positif dari setiap peristiwa. Termasuk kalah di pemilu.
Dia mengemukakan, pasien akan dites. Jika dokter jiwa menyatakan masih normal, pasien tidak perlu dirawat. Tapi, jika agak kurang waras, disebut post traumatic stress disorder (PTSD), pasien perlu perawatan dokter ahli jiwa. Sebab, kalau dibiarkan, mereka bisa tambah gila.
Kebijakan RSUD Tamansari, mulai 20 Februari 2024, pendaftaran uji stres gratis.
Rata-rata pasien yang memeriksakan kesehatan jiwa merupakan para caleg yang tidak bisa menerima kekalahannya. Ditambah lagi, mereka sudah keluar dana banyak untuk bisa memenangkan Pemilu.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan, Rumah Sakit Jiwa (RSJ) di Banten, Jawa Tengah, dan Yogyakarta siap menyediakan layanan bagi calon anggota legislatif (caleg) yang mungkin mengalami stres dan depresi pasca-Pemilu 2024.
Beberapa RSJ di Pulau Jawa tersebut telah menyiapkan diri untuk menampung pasien caleg yang mengalami kesulitan mental setelah pemilihan berlangsung.
Sebagai contoh, RSUD Tangerang telah menyiapkan layanan konsultasi jiwa bagi caleg yang mengalami tekanan psikologis.
Pada Pemilu sebelumnya, beberapa RSJ di Jawa Tengah dan Yogyakarta telah menyiapkan diri untuk menangani pasien caleg yang mengalami gangguan jiwa. RSJ Solo, misalnya, pernah merawat 10 caleg yang mengalami kesulitan mental pasca-Pemilu 2019.
Kepala Bidang Pelayanan Medis RSJ Solo, dr. Maria Rini Indriarti menyatakan, para pasien tersebut umumnya sulit menerima kekalahan dalam Pemilu dan telah menghabiskan banyak sumber daya untuk kampanye.
Dalam menghadapi Pemilu 2024, RSJ Solo telah mempersiapkan diri untuk menyediakan layanan penanganan dan pemulihan bagi caleg yang mungkin mengalami gangguan jiwa. Rata-rata dari pasien tersebut merupakan para caleg yang tidak bisa menerima kekalahannya.
Ditambah lagi, mereka sudah keluar dana banyak untuk bisa memenangkan Pemilu. "Kemungkinan seseorang yang tidak mampu mengelola kejiwaannya tidak bisa menerima kekalahan. Tidak sesuai harapan," imbuhnya.
Disampaikan Maria, ada beberapa gangguan jiwa yang bisa menimpa pasien, termasuk para caleg yang gagal dalam Pemilu, salah satunya, Skizofernia.
Gejala
Bagaimana bentuk gejala stres caleg gagal? ”Banyak keluhan dari para caleg yang dirasakan menjelang atau setelah pemilu. Misalnya, sakit kepala atau nyeri pada ulu hati. Namun, setelah dicek dengan alat medis, semuanya normal. Marah-marah, mengasingkan atau menarik diri lingkungan dan lainnya,” kata Psikiater Dr Waskita Roan saat tampil di TVOne, Selasa.
Waskita mengemukakan para caleg itu merasa kecewa, tidak terima kekalahan sudah keluar uang banyak sehingga marah-marah, terus sedih,, makin lama makin parah sehingga depresi berat. Bisa jadi ada niat untuk bunuh diri karena merasa dirinya tidak bergunba lagi.
Dikutip dari laman World Health Organization (WHO) yang berjudul Consequences of Stress, disebutkan, tanda-tanda stres bervariasi. Berbeda-beda setiap orang. Tapi, secara umum disebutkan begini: Sulit berkonsentrasi, sulit rileks. Emosional tinggi, gampang marah, cemas.
Kemudian tidak nafsu makan atau makan terlalu banyak. Gejala klinis, sakit kepala atau nyeri bagian tubuh lainnya. Tapi, jika diperiksa dengan alat medis, tidak ada masalah di kepala atau bagian tubuh pasien yang dirasa sakit.
Panduan manajemen stres WHO. Ini panduan self-help atau mandiri.
Pertahankan rutinitas harian. Orang yang punya jadwal harian dapat lebih terkendali. Jadwal makan harus teratur, waktu bersama anggota keluarga, olahraga, pekerjaan sehari-hari, dan aktivitas rekreasi.
Sumber: harianterbit.