GELORA.CO - Konflik hebat di beberapa belahan dunia saat ini mengalami peningkatan eskalasi menuju Perang Dunia 3.
Para ahli strategi global dan lembaga ThinkTank berupaya keras untuk meningkatkan kewaspadaan.
Mungkin ini Perang Dunia 3, dan mungkin merupakan krisis keuangan besar yang disengaja dan terus-menerus.
“ Bencana-bencana besar sering kali tampak tidak terpikirkan sampai benar-benar terjadi,” kata Mantan Menteri Pertahanan AS Robert Gates.
Robert Gates memperingatkan seiring dengan memburuknya lingkungan strategis, inilah saatnya untuk menyadari betapa besarnya konflik global yang lebih besar.
“ Jika perang dunia 3 melanda banyak wilayah di Eurasia, Washington dan sekutunya mungkin tidak akan menang,” kata Mantan Menteri Pertahanan AS.
Gates mengatakan kita sedang bergerak dari dunia pascaperang ke sebelum perang.
Pekan lalu, Menteri Pertahanan Grant Shapps memperingatkan dunia bisa dilanda perang yang melibatkan Tiongkok, Rusia, Korea Utara, dan Iran dalam lima tahun ke depan.
Sementara itu Panglima Angkatan Darat Inggris mengatakan warga negara Inggris harus dilatih dan diperlengkapi untuk berperang dalam potensi perang dengan Rusia, dan menggambarkan mereka yang hidup saat ini sebagai generasi sebelum perang.
Sementara itu Jenderal Sir Richard Sherriff menambahkan bahwa perang di Ukraina adalah titik tekanan.
“ Kita tidak boleh melakukan kesalahan yang sama seperti para pendahulu kita yang tersandung perang yang mengerikan, seperti Perang Dunia Pertama pada tahun 1914,” katanya.
Situasi di Timur Tengah, pasukan Inggris dan AS melancarkan serangan udara ke Yaman sebagai respons terhadap serangan Houthi yang didukung Iran terhadap pelayaran komersial di Laut Merah.
Gates bukan satu-satunya yang menunjukkan ledakan konflik yang tiba-tiba baik militer, ekonomi, atau diplomatik di seluruh dunia.
Seperti Rusia mengejutkan dunia dengan invasinya ke Ukraina, dan serangan Hamas terhadap Israel pada tanggal 7 Oktober tahun lalu dan respons brutal Israel mengakhiri apa yang tampaknya merupakan langkah lambat menuju perdamaian.
Serangan Iran di Timur Tengah dengan menggunakan pesawat tanpa awak (drone) yang sangat efektif, namun murah dan sederhana telah mengguncang kepercayaan terhadap persenjataan negara-negara Barat yang berteknologi tinggi dan mahal.
Korea Utara tiba-tiba mengakhiri perundingan perdamaian dengan Korea Selatan sambil meningkatkan uji coba rudal barunya beberapa di antaranya dapat membawa hulu ledak nuklir ke Amerika Serikat.
Sementara Tiongkok terus memaksa dan mengancam India, Jepang, Taiwan, Filipina, Malaysia, dan Vietnam hanya satu tingkat di bawah konflik terbuka.
Dan di tengah semua itu, jaringan perdagangan rapuh yang menopang perekonomian global terutama pasokan chip silikon dan mineral langka namun penting mulai terfragmentasi.
Jadi, apakah kita sedang menuju Perang Dunia 3?
“ Jawabannya belum pasti,” kata Profesor Andrew Dorman dari lembaga pemikir strategis Inggris, Chatham House.
Di satu sisi, besarnya biaya perang dan risiko kehancuran yang tak terhindarkan bagi kedua belah pihak tampaknya semakin tinggi.
Sisi lain negara-negara seperti Korea Utara dan Iran tidak dapat dipercaya untuk bertindak rasional.”
Ahli militer Justin Crump mengatakan, peluang terjadinya Perang Dunia 3 mulai terbuka.
Crump menekankan bahwa kecuali terjadi perubahan signifikan dan dramatis dalam skala global.
“ Dunia akan terus menghadapi risiko yang semakin besar dan ketegangan yang semakin meningkat,” kata Crump dilansir dari Mail Online, Senin, 5 Februari 2024,
Pernyataan dari pakar intelijen dan CEO perusahaan analisis risiko global, Sibylline, didasari oleh berbagai krisis internasional, termasuk konflik di Ukraina, Timur Tengah, serta berbagai wilayah di Afrika dan Asia.
" Menurut saya, hal ini tidak dapat dihindari, dan risikonya semakin meningkat," ujar Crump.
Jika Perang Dunia 3 tidak terjadi pada tahun depan, Crump memprediksi bahwa hal tersebut kemungkinan besar akan terjadi pada akhir dekade ini.
Ia menyoroti bahwa kecuali terjadi perubahan drastis di planet ini, risiko tersebut akan terus meningkat.
Lanskap global telah menyaksikan peningkatan konflik yang mematikan.
Data dari Peace Research Institute Oslo mencatat rekor jumlah kematian terkait pertempuran dan konflik negara pada tahun 2022.
Sumber: disway.