Kertanagara Gelar Ritual Tantrik Tiru Khubilai Khan, Raden Wijaya Pilih Mesra dengan China

Kertanagara Gelar Ritual Tantrik Tiru Khubilai Khan, Raden Wijaya Pilih Mesra dengan China

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO -  Raden Wijaya langsung menjalin kerja sama dengan China usai dilantik menjadi Raja Majapahit. Ia kembali merajut hubungan dengan China usai pasukannya berhasil mengusir tentara Mongol dan China ketika datang ke Pulau Jawa.

Di mata Raden Wijaya, mereka adalah orang-orang terhormat yang layak diajak berhubungan serta prajurit yang berdisiplin. Ketika terjadi kesalahpahaman yang memalukan menyangkut kedua putri Jawa, Raden Wijaya terpaksa memerangi mereka.

Namun, ia berusaha mengurangi jatuhnya korban dari pihak China dan tetap menjaga martabat prajurit China. Ia paham jika permusuhan antara China dan Jawa tidaklah abadi melainkan sesaat saja, karena pengaruh Mongol.

Konon orang-orang Mongol memang menjadi ancaman bagi seantero kawasan, sebagaimana dikutip dari "Gayatri Rajapatni : Perempuan Dibalik Kejayaan Majapahit" dari Earl Drake.

Itu sebabnya, Kertanagara mulai menggalang persekutuan dengan Sumatera, Bali, dan Champa.

Kesuksesan pasukan Mongol menaklukan negeri-negeri jirannya, membuat Kertanagara percaya bahwa Khubilai Khan memperoleh kesaktiannya dari ritual-ritual Tantrik rahasia. Inilah yang menyebabkan Kertanagara belajar mempraktikkan ritual serupa.

Akan tetapi, dalam upaya memahami kemelut yang mengadang negerinya, Kertanagara tak pernah menyalahkan bangsa China. Ia menganggap mereka sebagai sesama korban agresi Mongol.

Jawa memiliki banyak sekali hubungan dagang dengan China. Bahkan, koin tembaga China tetap digunakan setelah Majapahit berdiri, walaupun Majapahit sendiri memberlakukan mata uang baru untuk digunakan sebagai alat pembayaran domestik.

Area perdagangan maritim Jawa meluas dan semakin kompleks hingga mencakupi sejumlah kerajaan tetangga, termasuk China dan India. Kapas, benang dan kain, serta beras, garam, dan bahan-bahan makanan lainnya dari Jawa Timur mengalir ke Sunda dan pelabuhan-pelabuhan lada di Sumatra, tempat komoditas - komoditas tersebut ditukar dengan pewarna celup merah dan lada.

Lada dibarter dengan kain katun Bali, yang selanjutnya dikirim ke Maluku. Kain-kain tersebut, dan juga perhiasan emas dan perak, koin-koin kecil, sutra serta kain katun dari Cina dan India, porselen Cina dan beras dari Bima, digunakan untuk membeli cengkeh dan pala. Parang dari Sulawesi Timur dibarter dengan kayu cendana, dan lilin dengan kayu Timor. Terjadi pertukaran barang secara konstan.

Sebenarnya Jawa tak punya niat jahat terhadap China, melainkan terhadap Kaisar Mongol yang menunjukkan sikap bermusuhan dan telah menaklukkan dataran China, serta menuntut agar semua negeri di kawasan tersebut tunduk pada daulatnya alih-alih sekadar memungut upeti tahunan, seperti yang dulu biasa dilakukan.

Negeri-negeri itu bersedia mengirim upeti, karena China adalah kekuatan dominan di antara bangsa-bangsa pelaut lainnya di Asia Timur dan selama ini telah menjaga stabilitas di kawasan tersebut. Tuntutan Khubilai Khan agar negeri-negeri yang lebih kecil menyembahnya sebagai kaisar mereka, jika tidak, mereka akan diserang dan dihancurkan, berbeda dari cara-cara China yang bijak dan telah lama mereka hormati.

Sumber: okezone
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita