“Kondisi ini mengkhawatirkan, karena dapat menurunkan daya beli masyarakat terhadap bahan pokok. Padahal sebentar lagi kita memasuki bulan suci Ramadan dan Idul fitri, di mana kebutuhan akan bahan pokok meningkat,” ucap Netty dalam keterangannya yang diterima Inilah.com dikutip di Jakarta, Senin (26/02/2024).
Ia menegaskan tak sependapat dengan pemerintah, jika kelangkaan beras terjadi, karena adanya perubahan cuaca yang membuat hasil panen turun.
“Alasan adanya El Nino dan gagal panen bukanlah faktor tunggal yang membuat beras menjadi langka dan mahal. Kebijakan bansos yang ugal-ugalan, tanpa memikirkan ketersediaan pasokan juga menjadi faktor penyebab beras langka,” tutur Netty.
“Bansos jor-joran ini tidak urgen sebagaimana zaman Covid-19. Anehnya lagi, bansos jelang pemilu kemarin lebih sering dan lebih banyak, ketimbang pada masa pandemi. Pemerintah harus berani mengakui dan mengevaluasi kebijakan tersebut,” sambung dia.
Oleh sebab itu, Netty meminta agar pemerintah dapat melakukan langkah-langkah penanggulangan dengan aksi nyata daripada sibuk klarifikasi soal bansos dan kelangkaan beras.
Ia menekankan, tanggung jawab negara untuk menyediakan bahan pangan murah dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat. Pemerintah harus segera mengtasi kelangkaan dan kemahalan ini dengan cara-cara efektif, seperti operasi pasar dan kontrol distribusi.
"Pastikan tidak ada kelompok yang bermain di air keruh, misalnya, adanya penimbunan guna mengeruk keuntungan," tegas Netty.
Sumber: inilah