Framing Pasca Pemilu 2024, Timnas AMIN: Hitung Cepat Lembaga Survel Salah Total di Pilkada DKI 2017

Framing Pasca Pemilu 2024, Timnas AMIN: Hitung Cepat Lembaga Survel Salah Total di Pilkada DKI 2017

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Usai pencoblosan pada 14 Februari, masyarakat dikejutkan dengan hasil hitung cepat atau quick count (QC) yang menyebut paslon nomor 2, Prabowo-Gibran, sudah menang. Ini fenomena menarik terkait penerapan dan interpretasi hasil QC.

Anggota Dewan Pakar Timnas Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN), Ahmad Nur Hidayat merasa miris. Fenomena itu, menciptakan narasi yang menggambarkan kompetisi politik lima tahunan, seolah-olah sudah dimenangkan pasangan Prabowo -Gibran. Apalagi persentase perolehan suaranya cukup tebal, sekitar 56-58 persen. "Sebuah angka yang signifikan jika dibandingkan dengan pesaingnya," kata Matnur, sapaan akrabnya kepada Inilah.com, Jakarta, Kamis (15/2/2024)..

Narasi ini, kata dia, menimbulkan diskusi tentang potensi QC memanipulasi persepsi publik terhadap hasil pemilu. Fakta yang perlu dipahami, bahwa QC merupakan alat analisis statistik yang dirancang untuk memberikan gambaran awal tentang hasil pemilu, berdasarkan sampel tertentu dari tempat pemungutan suara (TPS). "Meskipun berguna, QC memiliki keterbatasan dan margin of error yang harus dipertimbangkan dalam interpretasinya," paparnya.

Dia pun menduga adanya permainan framing brain wash pasca 14 Februari, mengarah kepada glorifikasi quick count. "Lihat bagaimana hasil seluruh QC yang memenangkan Prabowo-Gibran. QC membuat framing bahwa Pilpres 2024 satu putaran dengan kemenangan mutlak untuk pasangan 02," kata Matnur.

Lembaga yang memajang QC, sebut saja LSI Denny JA, Hasan Hasbi Cyrus, Indikator Burhanuddin, SRMC Saiful Muljadi, Poltracking, Voxpopuli, semuanya pernah melakukan framing 1 putaran. "Semua lembaga itu seolah-olah diokrestrasi pihak tertentu yang berkontestasi," kata Matnur.

Selanjutnya, Matnur membuka lembaran lama sejumlah lembaga survei, seperti Voxpopuli, LSI Denny JA, dan lainnya. Semuanya memiliki sejarah panjang dalam melakukan QC. Pada Pilkada DKI 2017, beberapa dari lembaga survei itu, membuat prediksi yang tidak akurat.

Kala itu, QC LSI Denny JA, menyatakan bahwa pasangan Anies-Sandi berada di posisi buncit dengan perolehan suara 21,4 persen. Sementara pasangan Agus-Sylvi unggul 36,7 persen. Sementara pasangan Ahok-Djarot mendapatkan suara 32,6 persen. Namun, hasil ini tidak sesuai dengan hasil akhir yang menunjukkan keunggulan pasangan Anies-Sandi.

Di mana akhirnya pasangan Anies-Sandi unggul jauh dengan raihan suara 57,95 persen dibandingkan Ahok-Djarot yang hanya 42,05 persen suara,

Penting untuk diingat, kata dia, lembaga survei beroperasi dalam lingkungan yang sangat kompetitif dan dinamis. Di mana, integritas dan kredibilitas menjadi aset utama. Kesalahan dalam prediksi, atau framing dapat berdampak serius terhadap reputasi mereka.

Sumber: inilah
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita