Beda Sikap soal Quick Count Pilpres: Ganjar Tak Percaya, Mahfud Anggap Selesai

Beda Sikap soal Quick Count Pilpres: Ganjar Tak Percaya, Mahfud Anggap Selesai

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Proses pemungutan suara dalam pemilihan umum (pemilu) 2024 sudah dilakukan pada 14 Februari 2024 lalu.

Saat ini, masyarakat tengah menunggu real count atau proses perhitungan suara secara resmi oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Di sisi lain, hasil hitung cepat atau quick count yang dilakukan sejumlah lembaga survei juga telah selesai.

Seluruhnya menempatkan pasangan calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres) nomor urut 2, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka unggul.

Dari hasil tersebut, ada perbedaan sikap antara capres-cawapres nomor urut 3, Ganjar Pranowo-Mahfud MD.

Nilai anomali


Ganjar Pranowo menilai ada anomali dalam hasil quick count antara pemilihan presiden (Pilpres) dan pemilihan legislatif (Pileg) di pemilu 2024 ini.

Sebab, perolehan suara Ganjar-Mahfud MD rendah di sejumlah wilayah basis massa PDI-P.

Di sisi lain, hasil hitung cepat pemilu legislatif menunjukkan PDI-P unggul secara nasional, termasuk di wilayah-wilayah kandang banteng.

"Kan quick count itu, real count-nya belum. Hasil dari quick count, perolehan PDI-P, saya kira masih tinggi ya, kalau enggak salah masih nomor satu ya. Agak anomali dengan suara saya," kata Ganjar saat ditemui di Gedung High End, Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Kamis (15/2/2024).

Daerah yang dimaksud Ganjar sebagai kandang banteng misalnya Jawa Tengah, Bali, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) hingga Nusa Tenggara Timur (NTT).

Pada daerah-daerah tersebut, jika merujuk hasil quick count, justru dikuasai oleh suara pasangan Prabowo-Gibran.

Ganjar menambahkan, pihaknya kini tengah menyelidiki penyebab anomali tersebut.

"Maka hari ini sedang diselidiki oleh kawan-kawan, mudah-mudahan nanti ketemu apa faktornya," ujar dia.

"Sepertinya, split tiketnya agak terlalu lebar," tambah mantan Gubernur Jawa Tengah ini.

Anggap selesai


Sementara melalui akun X-nya, @mohmahfudmd, Mahfud menyampaikan bahwa pemilu sudah usai.

Menurut eks Menteri Koordinaotr Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) itu kini semua pihak tinggal menunggu hasil akhir yang akan diumumkan oleh KPU.

"Kawan, pemilu telah selesai, tinggal menunggu hasil akhirnya," tulis Mahfud, Jumat (16/2/2024) siang.

Kompas.com telah diizinkan mengutip pernyataan Mahfud tersebut oleh staf bidang komunikasinya, Rizal Mustary.

Dalam unggahan itu, Mahfud juga menyerukan agar semua pihak tidak boleh lelah untuk mencintai Indonesia.

Mantan ketua Mahkamah Konstitusi (MK) ini menyebutkan, perjuangan membangun demokrasi dan keadilan juga harus dilanjutkan karena itu tidak terikat pada masa pemilu saja.

"Kita tak boleh lelah mencintai Indonesia. Perjuangan membangun demokrasi dan keadilan harus kita lanjutkan," kata Mahfud.

"Memperjuangkan demokrasi dan keadilan tanpa kenal lelah adalah beyond election yang tak dibatasi oleh pemilu yang periodik," ujar dia.

Bukan anomali


Peneliti Litbang Kompas Bestian Nainggolan menilai, tidak ada anomali dalam perolehan suara PDI Perjuangan dan calon presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo yang diusung oleh partai tersebut.

Pasalnya, perolehan suara Ganjar dan PDI-P sama-sama turun dibandingkan hasil survei maupun pemilu sebelumnya, meski PDI-P berada di posisi teratas di antara partai politik lain menurut hasil quick count.

"Saya tidak melihat sebagai suatu anomali. Kalau dikatakan anomali, kalau presidennya dengan partainya dalam proporsi yang sama, lah ini kan partainya turun juga, kecuali kalau partainya naik, calonnya turun, itu anomali," kata Bestian kepada Kompas.com, Kamis (15/2/2024).

Bestian menuturkan, perbandingan suara antara PDI-P dan Ganjar pun berada di kisaran yang sama, sehingga tak bisa disebut sebagai anomali.

"(Misal) PDI-P menang sampai sekian puluh persen, 50 persen, kemudian tiba-tiba capres yang diusungnya tidak 50 persen, tidak menang, itu anomali. Ini kan 16-17 persen, sementara capres yg diusungnya tuh segitu-segitu juga," ujar dia.

Bestian melanjutkan, hasil hitung cepat ini justru menunjukkan bahwa PDI-P dan Ganjar sama-sama didukung oleh pemilih yang identik.

"Tokoh ini, calon ini yg diusung aprtai ini memang tidak punya pendukung, pendukungnya adalah pendukung partai itu yang identik dengan pendukungnya," kata Bestian.

Di samping itu, Bestian menjelaskan mengapa PDI-P masih mendapatkan suara terbanyak meski calon presiden yang diusungnya berada di posisi buncit.

Menurut dia, PDI-P masih dapat bertahan karena didukung oleh kelompok yang ideologis, sedangkan kelompok pemilih Ganjar tergerus akibat arah dukungan Presiden Joko Widodo yang sebelumnya identik dengan PDI-P.

Seperti diketahui, hasil quick count sejumlah lembaga menunjukkan bahwa pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka akan keluar sebagai pemenang Pilpres 2024.

Berdasarkan hasil quick count Litbang Kompas per Jumat siang pukul 13.08 WIB dengan jumlah sampel masuk 99,70 persen, pasangan Prabowo-Gibran unggul dengan perolehan suara 58,45 persen.

Sedangkan, pasangan Anies Baswedan-Muhaimin ada di peringkat kedua dengan 25,23 persen, diikuti Ganjar-Mahfud dengan 16,32 persen.

Sumber: kompas
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita