"Saya sarankan KPU tidak memublikasi dulu hasil rekapitulasi suara pemilihan anggota DPR sebelum ada kepastian data yang akan ditampilkan akurat," kata Ade melalui akun X, Rabu (21/2). Unggahan itu telah diizinkan untuk dikutip.
Menurutnya, data yang tersaji di website KPU membingungkan. Ade khawatir jika tidak segera dibenahi, masyarakat sama sekali tidak percaya dengan data KPU.
Ia mencontohkan kasus suara miliknya di dapil DKI Jakarta II yang mencakup Jakarta Selatan, Jakarta Pusat dan Luar Negeri.
"Di website KPU, data jumlah pemilih saya terus berubah-ubah selama seminggu terakhir. Mula-mula 6 ribu, lantas meloncat ke 90 ribu tiba-tiba terus naik ke 100 ribu, 200 ribu. Bahkan dua hari yang lalu sempat jadi 400 ribu." katanya.
Ia mengaku bahagia jika memang meraih suara ratusan ribu. "Tapi itu di luar akal sehat," ujarnya.
Belakangan, ia menyebut suaranya justru turun. Ia menduga mulai ada pembenahan.
"Pagi ini tampaknya terjadi pembenahan besar-besaran sehingga suara pemilih saya turun menjadi 26 ribu. Pada pukul 12 turun lagi menjadi 24 ribu. Pada pukul 14.30 bahkan turun lagi jadi 23 ribu. Mudah-mudahan besok tidak terus turun sampai tinggal di bawah 10 ribu misalnya," katanya.
Ia mengaku mendengar persoalan itu tidak hanya terjadi di dapil Jakarta II, namun di banyak dapil lain.
Ade memahami data yang harus disajikan KPU sangat banyak. Menurutnya, masalah itu seharusnya sudah bisa diantisipasi sebelumnya.
"Tapi itu kan masalah yang seharusnya sudah bisa diantisipasi dan ditentukan jalan keluarnya sebelum publikasi real count dilakukan," katanya.
Menurutnya, situasi dapat menjadi chaos jika KPU memublikasikan data yang belum bisa dipastikan keakuratannya.
"Paling menakutkannya kalau lantas banyak tuduhan KPU memang sengaja berusaha mengacaukan jalannya penghitungan suara yang objektif," ujarnya.
Sumber: cnn