Tidak Mengubah Rangking Elektabilitas Capres

Tidak Mengubah Rangking Elektabilitas Capres

Gelora News
facebook twitter whatsapp


OLEH: DR. IR. SUGIYONO, MSI
UNTUK memprediksi pasangan capres-cawapres siapa yang akan menang Pilpres 2024, survei elektabilitas dapat menjadi petunjuk tentang siapa yang akan menang Pilpres.

Selanjutnya atas informasi peluang kemenangan tersebut, maka tim sukses dan paslon bekerja sangat keras untuk menaikkan elektabilitas dengan cara mengurangi peluang kemenangan elektabilitas capres-cawapres yang menjadi pesaing.




Metode yang digunakan antara lain adalah berusaha menjelaskan tentang apa yang dimaksud oleh capres-cawapres dalam debat dan publikasi kampanye. Sebaliknya, dengan cara melakukan kampanye penjelasan untuk mendiskreditkan pasangan pesaing, guna menurunkan ranking elektabilitas paslon pesaing.

Pilihan untuk menang Pilpres adalah menang lebih dari 50 persen, supaya Pilpres menjadi satu putaran. Jika gagal, maka paslon berusaha sangat keras untuk masuk Pilpres putaran yang kedua, yaitu paslon mesti berada pada ranking kedua.

Survei Charta Politika, Lingkaran Survei Indonesia, Lembaga Survei Indonesia, Pusat Polling Indonesia, dan Ide Cipta Research and Consulting memenangkan paslon Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka. Ranking kedua adalah paslon Ganjar Pranowo dengan Mahfud MD.

Survei Poltracking Indonesia, Ipsos Public Affairs, Indonesia Political Opinion, Indikator Politik Indonesia, Median, dan Lembaga Survei Nasiona, Politika Research and Consulting, dan Polling Institute meletakkan paslon Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar pada ranking kedua.

Lembaga survei SPIN menghasilkan satu putaran dengan pemenang paslon Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka. Arus Survei Indonesia memenangkan paslon Ganjar Pranowo dan Mahfud MD.

Artinya, hasil survei atas pertimbangan objektivitas suara lembaga survei terbanyak diprediksi memenangkan paslon Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka. Selanjutnya paslon Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar diposisikan terbanyak oleh lembaga survei berada pada ranking kedua (delapan dibandingkan lima).

Implikasi atas hasil survei tersebut, maka pertama, muncul masalah ketepatan dalam memprediksi hasil elektabilitas paslon. Ada persoalan ketepatan metodologi penelitian survei, bahkan muncul kecurigaan dugaan bahwa hasil survei bergantung pada sumber donatur pembiayaan. Membela yang bayar. Untuk itu kredibilitas hasil survei menjadi pertaruhan nama baik.

Implikasi kedua adalah perebutan peluang untuk meraih posisi ranking kedua menjadi semakin keras, namun sebatas pada tingkatan konflik level mulut saja menggunakan kampanye serangan udara. Kemudian ditambah kegiatan tuntut menuntut ke dalam ranah hukum, juga ke arah politik berdimensi hukum.

Yang perlu dicegah adalah adu kekerasan fisik di lapangan diantara pendukung fanatik paslon. Insiden di lapangan sudah pernah terjadi, namun sebatas konflik di antara oknum pendukung fanatik paslon dengan oknum aparat. Gesekan fisik di lapangan. Tidak mudah untuk siap kalah Pilpres. 

(Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef); Pengajar Universitas Mercu Buana)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita