OLEH: ADIAN RADIATUS
SEBAGAI begawan ekonomi dan aktivis politik sejak usia muda, Rizal Ramli telah menorehkan banyak kontribusi bagi "kesehatan" kehidupan perpolitikan, khususnya perekonomian negara yang dicintainya ini.
The 'untold story' kehidupannya adalah satu sisi yang perlu didalami oleh kaum intelektual sebagai catatan sejarah yang menarik untuk disimak generasi penerus bangsa ini.
Hampir di seluruh wawancara dengan Rizal Ramli tak lepas bagaimana gambaran ekonomi dari setiap rezim di republik ini menjadi sorotannya, dan selalu menarik untuk diketahui apa yang tidak diketahui publik, bahkan kaum akademisi dibidangnya. Gamblang dan aktual semua bahan yang disajikan menjadi ciri khasnya.
Memang beberapa tahun terakhir ini keprihatinan dan gregetnya terhadap tata pengelolaan dan kebijakan ekonomi dan keuangan negara, termasuk lagi pola sikap politik kepemimpinan presiden Jokowi menjadi demikian mengecewakannya.
Tidak mengherankan karena RR, demikian inisial populer namanya, pernah menjadi pejabat tinggi negara sebagai Menteri Keuangan dan Menko Kemaritiman dan Investasi, tentu saja memahami situasi-situasi yang dipaparkannya ke hadapan masyarakat.
Buruknya cara menguras keuangan negara bernama APBN yang menelurkan proyek-proyek mubazir, seperti Bandara Kertajati, penanganan wabah Covid-19 'bebas anggaran' serta sejumlah proyek overdosis, termasuk IKN pun UU Omnibuslaw adalah bagian yang mendapat kritikan khas Rizal Ramli.
Cita-cita dan harapan Rizal Ramli bagi sebuah pemerintahan yang bebas korupsi, akuntable, transparansi manajemen, sering disampaikannya dalam berbagai kesempatan berdiskusi yang tentu saja dengan berbagai contoh langkah konkret yang digambarkan olehnya.
Rizal Ramli atau bang RR tampaknya dikagumi dan dicintai banyak pihak pemerhati dan pemerasa, termasuk elite peduli keadaan negeri yang sedang 'tidak baik-baik' saja ini.
Terkadang sentilan atau jurus kepretnya terhadap penguasa atau oligarki hitam di masa menjabat pun ketika tak menjabat terhadap pejabat terkait ekonomi dan keuangan terasa tepat dan tajam menohok hingga lawannya sempat membuat 'umpatan' yang tidak beretika.
Tetapi sesungguhnya bukan hal semacam itu yang menjadi hambatan RR terus meyakini dirinya untuk mampu memperbaiki 'luka-luka' yang mencederai rasa keadilan, termasuk kesejahteraan rakyat yang ditelikung oleh para pejabat borjuis rakus tak terkira.
Namun cita-cita dan kehendak mulia sang begawan terhadang oleh kesehatan menjelang usia lanjutnya. Rizal Ramli justru pergi meninggalkan jejak perjuangan dan kecintaannya pada bangsa di tengah pahitnya kehidupan ekonomi dan politik Indonesia terkini.
(Penulis adalah pemerhati sosial politik)