GELORA.CO - Buya Yahya memberi pesan kepada ulama yang telah deklarasikan calon presiden (capres) pilihannya.
Sebagaimana kita tahu, Pemilu Presiden (Pilpres) akan dilakukan pada 14 Februari 2024 mendatang. Sebelum pencoblosan, umumnya masyarakat saling menunjukkan capres mana yang mereka mendukung.
Namun bagaimana dengan ulama? Bagaimana seharusnya sikap ulama dalam politik? Apakah ulama perlu mendeklarasikan capres yang didukungnya? Sebagai informasi, ulama adalah seseorang yang memiliki pengetahuan mendalam tentang ajaran Islam.
Beliau paham secara mendalam mengenai Al-Quran, hadits, fikih (hukum Islam), aqidah (keyakinan), sejarah Islam, dan bidang-bidang ilmu keislaman lainnya. Ulama memiliki peran penting dalam membimbing dan memberikan panduan kepada umat Islam.
Sehingga ajaran ulama amatlah penting bagi umat. Lalu bagaimana jika ulama mendeklarasikan kepada siapa ia mendukung capres? Mengenai hal ini, Buya Yahya memberikan pesan yang cukup menohok.
Buya Yahya mengingatkan agar jika sudah memantapkan hatinya maka jangan pernah mencaci maki hingga menjadi pemicu perpecahan umat. “Sebab semua calon itu juga umat Nabi Muhammad yang harus anda bawa kepada kemuliaan,” ujar Buya Yahya, dikutip tvOnenews.com pada Selasa (2/1/2024) dari YouTube Al-Bahjah TV.
Yahya mempersilahkan jika seorang ulama sudah memiliki keyakinan dan ingin memperlihatkannya. Namun Buya Yahya mengingatkan agar itu benar sudah terbebas dari kepentingan pribadi.
“Jika Anda seorang Ustaz yang memang Anda punya keyakinan tentang calon yang Anda pilih dan sudah membebaskan diri Anda dari kepentingan pribadi maka anda boleh kok mengajak orang lain,” ujar Buya Yahya. Namun Buya Yahya mengingatkan agar ulama tersebut tidak melakukan hal ini.
“Tapi catatannya tadi jangan caci maki, jangan mencaci calon yang lainnya,” saran Buya Yahya. “Anda Ustaz cukup Anda bilang saya cenderung kepada ini, semoga dia menjadi pemimpin yang baik,” sambung Buya Yahya.
Buya Yahya sangat menegaskan agar jangan sampai ulama-ulama yang sudah memutuskan dukungannya membuat dinding pemisah.
“Enggak usah pakai begituan, ngapain Ustaz kok, Anda Ustaz jangan membuat dinding pemisah,” tegas Buya Yahya. Buya Yahya mengatakan seseorang akan jadi hebat jika berhasil membuat semua umat tidak bermusuhan.
“Anda baru menjadi orang hebat kalau ternyata bisa menjadikan hati mereka gak musuhan dengan Anda,” jelas Buya Yahya. “Jadi Anda boleh memilih calon tertentu sesuai dengan ijtihad Anda, keyakinan Anda,” lanjut Buya Yahya.
Maka jika sudah memutuskan siapa yang didukungnya, maka mohon tidak mengolok calon lainnya. “Anda memilih kemudian setelah itu jangan caci maki,jangan mengolok, jangan merendahkan yang lain. Cukup!” kata Buya Yahya.
“Wahai saudara-saudaraku, wahai jemahku, misalnya nya aku memang kecenderungan di hatiku memilih dia sesuai dengan yang aku pahami tentang program-programnya selesai. Sampai di sini ya tolong kalau kamu ikut aku, jangan mencaci yang lainnya,” sambung Buya Yahya seraya menyarankan bagaimana perkataan ulama tersebut kepada jamaahnya.
Buya Yahya menegaskan jangan sampai ada perpecahan umat akibat pilpres. “Jangan sampai kita membuat Masyaallah permusuhan umat,” tandas Buya Yahya. Hal ini karena di masyarakat awam, membela secara berlebihan amat mungkin terjadi. “Mohon maaf kita menemukan orang itu serius ini kan ada tiga ya 3.
Kalau Anda di kampung Anda lihat orang kampung itu debat itu orang kampung enggak dapat enggak enggak dapat kursi dia itu membelau mati-matian bener,” ujar Buya Yahya. “Berantem itu serius itu. Mereka itu bukan karena dikasih duit tapi memang merekA punya keyakinan,” kata Buya Yahya.
“Karena apa? orang awam itu memang dengan pengetahuannya dan dia meyakini seyakin-yakinnya lihat kalau tiba-tiba Anda ngomong pemimpinmu enggak benar tuh itu dia sakit hatinya nya. Paling tidak dia jauh dari Anda seperti itu,” sambung Buya Yahya.
Padahal Buya Yahya yakin jika memang calonnya baik, maka jika diajak, maka orang tidak akan lari. “Kalau ternyata Anda meyakini calon Anda adalah hebat benar, kemudian Anda menyerukan kebaikannya dengan akhlak mulia, maka dia akan terpesona kok bukan lari,” katanya.
Sementara pendukung yang suka mencaci maka artinya ia tidak sayang dengan calonnya. “Maka yang suka mencaci adalah menjatuhkan calonnya selesai. Anda tidak sayang kepada calonnya, Anda mengundang orang untuk mencaci dia,” kata Buya Yahya. Maka meski seorang ustaz, maka jika memutuskan memilih siapa itu sah saja.
“Jadi Ustaz, boleh Ustaz, sah punya pilihan sah-sah aja,” jelas Buya Yahya. Jika ada ustaz yang belum punya dukungan, itu juga tak apa-apa. “Kalau ada ustaz yang belum punya pilihan mungkin masih ada pertimbangan lain juga sah,” kata Buya Yahya.
“Karena dia mungkin ada punya misi besar di balik belum menampakkan siapa yang dipilih itu, sah saja kenapa? Yang penting dia tidak mencaci ya,” tandas Buya Yahya. Buya Yahya kemudian mengatakan bahwa mencaci ada banyak cara.
Maka dengan cara bagaimanapun tidak boleh mencaci. “Ustaz kok milih atau Ustaz kok gak milih. Lah ini kan sama saja caci maki kan macam-macam modelnya,” jelas Buya Yahya.
Buya Yahya juga mengingatkan bahwa ustaz yang diam saja juga harus dihargai. “Diam saja sudah ya tidak milih, mungkin kebimbangan, khusnudnya kuat dipikir tiga-tiganya baik semuanya atau membingungkan semuanya.
Kan dia bisa sadar dalam keraguan,” jelas Buya Yahya. Jika itu terjadi, saran Buya Yahya maka tinggalkan karena belum waktunya istikharah.
“Istikharah terakhir nanti, misalnya kalau malam besok pilihan saya istikharah seperti apa besok bisa saja mungkin saat ini masih penggalian informasi makanya ya kalau ada Ustaz belum memutuskan sah saja,” kata Buya Yahya. “Semoga nanti juga memilih yang terbaik.
Tapi yang sudah memilih tolong beradab yang baik. Itu yang kita rindukan,” lanjut Buya Yahya mengingatkan. Itulah nasihat Buya Yahya kepada ulama atau masyarakat yang sudah menetapkan dukungannya kepada calon presiden pilihannya.
Semoga artikel ini bermanfaat dan kita tidak mengalami perpecahan akibat berbeda dukungan. Agar mendapatkan pemahaman yang lebih dalam, disarankan bertanya langsung kepada ulama, pendakwah atau ahli agama Islam. Wallahu'alam
Sumber: tvOne