Dikutip dari tayangan YouTube Metro TV, beberapa peneliti mengungkapkan, bahwa potensi tersebut diprediksi melebihi ketinggian tsunami Aceh, yang terjadi pada tahun 2006 silam.
Salah satu peneliti BMKG, Peppen Supendi dari penelitiannya mengungkap, bahwa potensi ini berkaitan dengan tingkat kegempaan yang tinggi di dalam serta juga di wilayah Jawa Barat dan juga Sumatera.
Hal ini merupakan akibat dari pertemuan lempeng Indo-Australia dan juga subduksi di bawah lempeng Sunda.
Penelitian ini melibatkan sejumlah ahli kegempaan dalam negeri, di antaranya Dwikora Karenawati, Yatimantoro, pihak BMKG, BRIN, University of Cambridge termasuk dari BNPB.
Sehingga penelitian ini sangat tidak main-main dan bukan sembarangan. Para peneliti ini memanfaatkan katalog yang bersumber dari BMKG serta dari pusat penelitian internasional periode April 2009 sampai Juni 2020 untuk melakukan people center gempa.
Jadi mereka berkumpul, kemudian hasil penelitiannya ditemukanlah bahwa ini akan ada celah seismik besar di selatan Jawa Barat dan Sumatera bagian tenggara yang berpotensi menjadi gempa dahsyat, yakni gempa megathrust.
Gempa tersebut diperkirakan berkekuatan magnetudo 8,9. Itu berpotensi menyebabkan gelombang tsunami hingga setinggi 34 meter.
Adapun definisi megathrust adalah kondisi pecahnya batas lempeng yang terjadi di bidang kotak dua lempeng tektonik yang bertemu di zona subduksi.
Nah karena gerakan relatif lempeng ini yang tidak terbendung, tekanan terakumulasi di dua area lempeng tersebut dan akhirnya saling mengunci sehingga dilepaskanlah melalui gempa megathrust.
Sumber gempa megathrust biasanya ada di bawah laut dan memiliki potensi menimbulkan tsunami yang karena ada pergerakan besar vertikal dasar laut selama gempa terjadi.
Mana sih sebenarnya wilayah Indonesia yang akan menjadi perhatian? Karena Indonesia terletak pada bagian cincin api pasifik yang membuat rentan bencana, terutama gempa dan tsunami.
Dalam buku pusat studi gempa nasional di sebutkan bahwa, sumber gempa dari megathrust berjumlah 13 segmen, di antaranya barat Sumatera ada enam segmen, kemudian juga selatan Jawa ada tiga segmen.
Selatan Bali hingga Sumba ada satu segmen, utara Sulawesi ada satu segmen, lalu Maluku ada satu segmen, dan utara Papua ada satu segmen.
Keberadaan subduksi lempeng Indo-Australia yang menunjang ke bawah lempeng eurosia ini merupakan generator kuat untuk terjadinya gempa.
Jadi wajar jika selatan Jawa ini menjadi kawasan rawan gempa dan juga tsunami.
Dari data BMKG menyebutkan, bahwa gempa di atas 7,0 di Jawa ini terjadi sekitar 19 kali kalau dihitung dari tahun 1840 sampai 2006, dan kalau tsunaminya sendiri ini ada lima kali yang sudah pernah terjadi.
Menurut Kepala Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono berdasarkan frekuensi kejadian gempa yang merusak, ia menyebut sesar aktif sebenarnya lebih sering terjadi dan menimbulkan kerusakan serta korban jiwa dibandingkan dengan megathrust.
Namun megathrust sebenarnya relatif jarang terjadi, hanya saja sumber gempa ini mampu membangkitkan gempa dahsyat dengan magnitudo 8 hingga 9.
Sementara sumber gempa sesar aktif rata-rata hanya mampu memicu gempa paling tinggi magnitudo 7,5.
Gempa sesar aktif lebih sering terjadi atau berpusat di daratan, dekat perkotaan kemudian bahkan tempat tinggal kita sendiri.
Ini adalah potensi skenario terburuk, bukan prediksi yang akan terjadi dalam waktu dekat. Sehingga kapan terjadinya ini tidak ada satu orang pun yang tahu. Karena itulah harus dilakuka upaya mitigasi.
Penelitian ini bukan untuk membuat takut atau panik sudah cukup banyak sebenarnya peristiwa bencana ini di masa lalu. Jadi kiuta perlu untuk terus mempelajrinya untuk meminimaliris dampak megathrust.
Kajian-kajian seperti ini diperlukan untuk memberikan rekomendasi ke kita dan pemerintah soal apa yang harus dilakukan ke depannya.
Peneliti kegempaan menyebut, peta-peta jalur evakuasi dan sistem peringatan untuk mitigasi tsunami terutama di daerah-daerah pesisir Jawa dan Sumatera penting dilakukan.
Terkait hal itu, hal yang paling tepat dilakukan di antaranya selain tetap berdoa bahwa tidak ada peristiwa mengerikan yang akan terjadi, sekaligus tidak lupa berusaha untuk bisa beradaptasi memahami alam.
Sumber: viva