Partai Netanyahu yang memenangkan Pemilu, Partai Likud dilaporkan berpeluang menjalankan upaya bersama dengan partai oposisi untuk menggulingkan sang perdana menteri menyusul ketidakpuasan mereka terhadap kepemimpinannya.
Menurut media lokal pada Selasa (9/1/2024), dikutip Anadolu Agency, pemimpin partai oposisi, Yair Lapid, secara khusus mengatakan kalau Partai Yesh Atid yang dia pimpin siap memberikan suara untuk menggantikan Netanyahu dengan Yuli Edelstein dari Partai Likud.
Kandidat lain yang masuk hitungan sebagai pengganti Netanyahu adalah Benny Gantz atau Gadi Eisenkot, keduanya dari partai oposisi Biru dan Putih.
"Ketika ia mencoba untuk mengendalikan situasi, Netanyahu berupaya untuk menunjuk kembali menteri-menteri yang mengundurkan diri berdasarkan Hukum Norwegia, dengan alasan penutupan kementerian-kementerian yang tidak diperlukan", demikian yang dilaporkan surat kabar Yedioth Ahronoth.
Berdasarkan Hukum Norwegia di Israel, seorang anggota Knesset yang memperoleh jabatan menteri menyerahkan kursinya di Knesset (parlemen) kepada anggota partai yang mencalonkan diri dalam pemilu dan tidak dapat memenangkan kursi.
“Dalam beberapa hari terakhir, muncul kekhawatiran akan pemberontakan melawan Netanyahu di Partai Likud dan tindakan bersama dengan oposisi untuk menggulingkannya,” kata surat kabar itu.
“Kritik terhadap partai dan koalisi yang berkuasa dari anggota Likud meningkat di tengah upaya untuk mengambil tindakan melawan Netanyahu,” tambah laporan tersebut.
Pada Senin, Lapid mengatakan Netanyahu “tidak memenuhi syarat untuk memimpin negara”.
Dianggap Gagal
Seruan untuk menyelenggarakan pemilu baru di Israel semakin meningkat di tengah kritik terhadap Netanyahu atas kegagalannya mengakui tanggung jawab atas serangan lintas batas yang dilakukan Hamas pada 7 Oktober.
Jajak pendapat yang dilakukan media Israel dalam beberapa hari terakhir menunjukkan, jika pemilu dini diadakan sekarang, Netanyahu tidak akan dapat membentuk pemerintahan, sementara Gantz dianggap sebagai kandidat yang paling mungkin untuk berhasil.
Israel telah menggempur Jalur Gaza sejak serangan Hamas pada tanggal 7 Oktober, menewaskan sedikitnya 23.210 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan melukai 59.167 lainnya, menurut otoritas kesehatan setempat, sementara hampir 1.200 warga Israel diyakini tewas dalam serangan Hamas.
Namun, sejak saat itu, Haaretz mengungkap bahwa helikopter dan tank tentara Israel, pada kenyataannya, telah membunuh banyak dari 1.139 tentara dan warga sipil yang diklaim oleh Israel telah dibunuh oleh Perlawanan Palestina.
Sekitar 85 persen warga Gaza telah mengungsi, sementara semuanya mengalami kerawanan pangan, menurut PBB. Ratusan ribu orang hidup tanpa tempat berlindung, dan kurang dari separuh truk bantuan memasuki wilayah tersebut sebelum konflik dimulai.
Sumber: tribunnews