Menurut Muhaimin, program Food Estate terbukti mengabaikan petani, mengabaikan masyarakat adat, dan menghasilkan konflik agraria, serta merusak lingkungan. Maka itu, program Food Estate harus dihentikan.
"Krisis iklim terjadi, bencana ekologi terjadi di mana-mana, negara harus serius mengatasinya," ujar Muhaimin.
Dia menilai pemerintah abai terhadap nasib nelayan dan petani. Hal ini dibuktikan dari hasil sensus pertanian yang menyebutkan bahwa selama 10 tahun telah terjadi jumlah petani rumah tangga gurem hampir 3 juta. Ini artinya, 16 juta rumah tangga petani hanya memiliki 500 ribu hektar lahan.
Sumber: bloomberg