Momen Maruarar Sirait Blak-blakan Tak Mau Jadi Petugas Partai, Sindir Megawati?

Momen Maruarar Sirait Blak-blakan Tak Mau Jadi Petugas Partai, Sindir Megawati?

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO  - Mantan politikus Partai Demokrasi Perjuangan (PDIP) Maruarar Sirait blak-blakan mengungkapkan bosan menjadi petugas partai.

Hal tersebut Maruarar Sirait ungkapkan saat kampanye akbar pasangan nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka di Subang, Sabtu (27/1/2024).

Pada kesempatan itu Maruarar juga menceritakan alasannya memilih Prabowo karena hati nurani, bukan diminta Jokowi. Dia mengaku tak ingin menjadi petugas partai.


“Jadi saudara-saudara, saya yakin, Pak Jokowi tidak pernah nyuruh saya dukung Prabowo. Betul? Tapi saya mendukung dari hati. Saya tidak mau menjadi petugas partai, saya mau menjadi petugas rakyat yang mengikuti hati saya,” ujarnya saat berorasi di hadapan pendukung Prabowo-Gibran yang ikut kampanye akbar di Subang, Sabtu (27/1/2024).



Maruarar Sirait menargetkan Prabowo-Gibran menang di basis PDIP di Kabupaten Subang, Jawa Barat.

Target itu disampaikan Ara, sapaan akrabnya, saat kampanye bersama Prabowo di Lapangan Desa Rawalele, Kabupaten Subang.


Di lokasi kampanye yang dihadiri ribuan loyalisnya itu, Ara menyampaikan dirinya dipercaya oleh rakyat Subang menjadi wakil di parlemen selama 15 tahun.

Ara merupakan anggota DPR RI Fraksi PDIP sejak 2004 hingga 2019, dari Daerah Pemilihan (Dapil) Jawa Barat 9 yang meliputi Kabupaten Subang, Majalengka, dan Sumedang.

”Saya tahu selama 15 tahun Subang selalu partai saya yang lama, PDIP, selalu menang di Subang. Betul?” kata Maruarar.


”Dalam Pemilu, saya tidak punya keluarga di sini, saya tidak lahir di Subang, tidak punya usaha di Subang. Tapi suara saya paling besar di Subang dari semua caleg yang ada,” tambah dia.

Ara mengatakan calon yang diusung PDIP selalu menang di Subang pada Pilpres 2014 dan 2019.

Dia mengungkapkan, di dua periode pilpres – 2014 dan 2019 – Presiden Jokowi selalu meraup suara terbanyak di lumbung suara banteng tersebut.

Selain itu, partai banteng itu juga menguasai pemilu legislatif di Subang. Dan sejarah itu ingin diulang untuk Prabowo Subianto.

"Mau enggak buat sejarah? Mau enggak buat sejarah yang positif di Indonesia? Kalau Bung Karno dulu mengatakan Jas Merah, hari ini Bang Ara memohon, kita buat sejarah. Prabowo menang di basisnya PDIP di Jawa Barat. Siap?" tanya Ara yang dijawab oleh pendukung.

Sementara itu Prabowo dalam kampanye di Subang itu mengumumkan jika Maruarar Sirait sudah resmi bergabung dengan TKN Prabowo-Gibran.

"Hadir saudara Maruarar Sirait, baru bergabung sama TKN Prabowo-Gibran," kata Prabowo. Ara langsung berdiri ketika dikenalkan oleh Prabowo.

Namun terkait jabatan Ara di TKN, Prabowo mengatakan masih dicari. "Jabatannya masih kita cari. Pokoknya sekarang beliau adalah wakil ketua bidang ini dan itu," ucap Prabowo disambut tawa hadirin. "Pokoknya yang perlu diberesin, kita kirim Ara Sirait," tutur dia.

Prabowo kemudian meminta dukungan dari masyarakat Subang pada 14 Februari. Namun ia mengingatkan masyarakat untuk waspada.


"Ada tapinya, kita harus waspada karena kita dapat laporan ada niat-niat tidak baik dari kalangan-kalangan tertentu, mereka katanya mau merusak surat-surat suara kalian," kata Prabowo.

Ia meminta masyarakat untuk hati-hati. Selain itu, masyarakat diminta untuk ikut mengawasi petugas.

"Periksa surat suara dan awasi semua petugas, jangan sampai ada surat suara yang dirusak, itu berarti berkhianat kepada rakyat Indonesia, itu akan menyakiti hati rakyat Indonesia," ujarnya.

Megawati Kerap Singgung Petugas Partai
Diketahui, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri memang selalu memanggil Presiden Jokowi sebagai petugas partai di sejumlah kesempatan.

Selain Jokowi, Ganjar Pranowo pun disebut Megawati sebagai petugas partai.

Termasuk ketika mendeklarasikan Ganjar sebagai bakal capres PDIP pada 21 April 2023, Megawati menyebut Ganjar merupakan kader dan petugas partai yang ditingkatkan penugasannya menjadi bakal calon RI-1.

Megawati pun menjawab perkataan sejumlah pihak yang mengkritiknya lantaran menyebut Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai petugas partai.

Dalam pidato penutupan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) ke-IV PDIP, Megawati mengatakan, hal tersebut ada di Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) partai.

Mantan Presiden RI itu pun menyatakan bahwa dirinya juga merupakan petugas dan kader PDIP.

"Saya sampai bungung, kok saya bilang Pak Jokowi petugas partai, kader, kok saya diomongkan terlalu sombong," ucap Megawati, Minggu (1/10/2023), dikutip dari YouTube Kompas TV.

"Itu adalah AD/ART di partai kita."
 

"Saya pun petugas partai lho, ditugasi kongres partai, dipilih oleh kalian untuk bertanggung jawab sebagai ketua umum. Saya pun kader," ujarnya.

Megawati Soekarnoputri kemudian melanjutkan, mekanisme dirinya menjadi Ketua Umum PDIP berdasarkan aturan partai.

Sehingga tak mungkin orang-orang dari luar PDIP, tiba-tiba terpilih menjadi Ketum.

"Tak mungkin orang lain itu tiba-tiba jadi ketua umum, karena terus siapa yang mau milih? kalau tiba-tiba orang luar yang mau dipilih karena itu melanggar AD/ART," sambung Mega.

"Nah, bayangkan kok kita tak diberi kesempatan untuk menerangkan hal ini," ucapnya.

Menurut Mega, pernyataan atau kritik yang sering datang kepadanya itu kontradiktif.

Seorang calon presiden harus terlebih dahulu ditentukan oleh partai pengusung kemudian dipilih rakyat.

Misalnya, saat ini ada tiga bacapres di Pemilihan Presiden (Pilpres 2024) mendatang.

Mereka adalah Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan. 

"Dengan demikian sering kontradiktif, ada yang mengatakan presiden itu dipilih oleh rakyat? Ya, betul. Tapi kalau tidak ada organisasi partai politiknya yang memberikan nama, itu kan sudah mekanismenya begitu, untuk dipilih," jelas Mega.

"Nah sekarang ini calon [presiden] ada tiga, itu 'kan diberi nama oleh partai-partai lain, jadi harus ditata pikiran kita bahwa itu sebetulnya bukan sebuah hal yang benar," tuturnya.

Sumber: Tribunnews
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita