“Dampaknya bagi dia yang tak layak jadi pemimpin, bagi dia yang tak pantas diucapkan di Indonesia yang telah kita sepakati tentang kebhinekaan ini,” ucapnya kepada Inilah.com, di Jakarta, Rabu (3/1/2024).
Menurut Cholil, seharusnya sebagai anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD), AWK dapat menjaga tindak tanduknya dalam menyampaikan pernyataan di muka publik. Apalagi, jika hal tersebut menyangkut keyakinan dan kerukunan dalam bernegara.
“Maka dia (AWK) tidak boleh ya menampilkan ketidaksukaan apalagi dengan cara yang kasar (dan) tidak toleran terhadap kebebasan orang berbusana. Termasuk jaminan untuk menjalankan ajaran agamanya,” tutur dia.
Dosen Sekolah Tinggi Al-Qur’an Al-Hikam ini juga menyoroti ketimpangan AWK dalam menyikapi pekerja pengguna hijab di video yang viral tersebut. Sikap AWK, dinilai terlalu ikut campur dalam pilihan dan keyakinan sang pekerja.
“Tentu dalam konteks kita menghormati, ya dengan mempersilahkan orang untuk menggunakan (atribut keagamaan), melaksanakan apa yang dia miliki dan apa yang dia yakini tanpa mengganggu kepada hak orang lain. Kalau tidak suka ya enggak usah melihat di sana enggak ada larangan untuk berjilbab kok,” tutur dia.
Diketahui Senator dari Bali, Arya Wedakarna (AWK), baru-baru ini menjadi sorotan utama di media sosial dan publik Indonesia menyusul beredarnya sebuah video yang menunjukkan sikapnya terhadap penggunaan hijab oleh wanita muslimah.
Video yang diunggah oleh akun Twitter @HisyamMochtar pada tanggal 1 Januari 2024, memperlihatkan AWK yang secara terbuka menyatakan ketidaksukaannya terhadap petugas perempuan berhijab di bagian depan layanan publik. "Saya tidak mau yang front line-front line itu (berhijab), saya mau gadis Bali yang rambutnya kelihatan terbuka," ucap dia.
Bahkan tanpa ragu ia juga menyebut hijab sebagai penutup yang tidak jelas dan tidak mencerminkan kebudayaan Indonesia. "This is not Middle East. Enak saja (ini) Bali, pakai bunga kek, pakai apa kek," sambungnya.
Sumber: inilah