Pernyataan ini disampaikan Mahfud saat memberikan sambutan di depan ribuan jemaah Sholawatan Persatuan Indonesia di Demak, Jawa Tengah.
Mulanya, Mahfud mengatakan bahwa ia tidak akan meminta para warga masyarakat untuk memilihnya sebagai calon wakil presiden. Ataupun meminta memilih calon pemimpin lainnya.
Dia hanya meminta masyarakat datang menghadiri pesta demokrasi atau pemilihan umum (pemilu) yang akan digelar pada 14 Februari 2024 mendatang.
Hal ini demi kehidupan berdemokrasi di Republik Indonesia.
Lalu, Mahfud berpesan kepada masyarakat bahwa sebelum memilih pemimpin baiknya melihat rekam jejak atau track record calon pemimpin tersebut.
"Kita tidak harus percaya terhadap program-program visi dan misi yang ditulis di kertas dan diumumkan di televisi. Yang harus dipercaya adalah track record catatan perjalanan ketika beliau itu belum menjadi pejabat sampai menjadi pejabat," ucap Mahfud.
"Kalau ada orang bilang memberantas korupsi sementara dia sendiri berlumuran korupsi itu pasti tidak layak," imbuhnya.
Kemudian, ia pun menyinggung perihal jika ada pejabat yang mengobral janji akan menegakkan hak asasi manusia. Sebaiknya masyarakat menggali lebih dalam tentang riwayat hidup serta kasus yang pernah dialami pejabat tersebut.
"Kalau ada orang mengatakan, 'saya akan menegakkan hak asasi manusia' sementara dia sendiri berlumuran dengan pelanggaran ham itu pasti tidak layak," kata Mahfud.
"Oleh sebab itu, yang kita baca itu track record perjalanan hidup catatannya pernah, punya masalah apa orang ini. Itulah yang harus kita perhatikan ketika memilih," lanjutnya.
Kendati demikian, Mahfud juga berpesan agar masyarakat memilih calon pemimpinnya dengan mengikuti hari nurani.
"Saya merasa tidak harus mengatakan saudara harus memilih siapa, silakan pilih asal hati nurani saudara itu membisikkan inilah yang cocok menjadi wakil saya di DPR. Ini wakil saya di DPD. Ini presiden dan wakil presiden saya, silakan," tutupnya.
Sumber: tvone