Kerja di Australia, Wanita asal Banyuwangi Ini Digaji hingga Rp50 Juta Cuma Seminggu Kerja

Kerja di Australia, Wanita asal Banyuwangi Ini Digaji hingga Rp50 Juta Cuma Seminggu Kerja

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Pekerjaan sebagai TKI atau TKW di luar negeri memiliki rata-rata gaji yang menggiurkan.

Sama halnya dengan wanita asal Banyuwangi bernama Titing Reza Fahrisa yang bekerja di Australia.

Dirinya bisa digaji hingga Rp50 juta per bulan dari pekerjaan yang ia lakoni di Australia.

Di Negeri Kangguru, upah yang ia dapat tidak langsung diterima, melainkan harus menunggu selama satu bulan untuk satu kali gaji.

"Sistem gaji di Australia itu, kita dibayar per week (minggu). Jadi kalau di Indonesia, kalian mendapatkan gaji itu per bulan atau harus menunggu 1 bulan untuk mendapatkan satu kali gaji, kalau di Australia kalian bisa mendapatkan gaji misalnya dua minggu (kerja) kalian tuh sudah digaji, gitu," jelasnya dilansir dari kanal YouTube Titing Reza Fahrisa.

Titing pun mengungkapkan kalau ia merasa aman kalau bekerja di sana karena dilindungi oleh kontrak kerja yang jelas.

"Sistem penggajian di Australia itu sebenarnya cukup mudah, karena kita itu kerja under contract gitu. Jadi hal yang ilegal juga sangat jarang ditemukan di Australia," bebernya.

Hal itu ia rasakan sendiri karena pemerintah dan perusahaan saling bersinergi melindungi pekerja lokal maupun asing.

"Soalnya semua itu kayak sudah di bawah kontrolnya government (pemerintah). Dan company (perusahaan) sama government itu bekerjasama, kemudian kita itu selalu terlindungi gitu sama kontrak-kontrak itu. Jadi kita mendapatkan benefit, kita mendapatkan asuransi meskipun kita itu bukan warga negara Australia," terangnya.

Setiap kota yang ada di Australia memiliki besaran gaji yang berbeda, dan semua itu dibayarkan per minggunya.

"Setiap state (kota) rate-nya beda-beda. Tapi perbedaan itu tidak signifikan gitu dan bisa tetap survive setiap dua minggu karena bayaran, terus bayaran, terus bayaran gitu. No worries mengenai biaya hidup karena kita itu menggunakan standar pemerintah jadi enggak ada ceritanya dibayar di bawah UMR," katanya.

Titing pun menjelaskan perbedaan kota Melbourne dan Canberra dari segi jumlah penduduk, pekerjaan di sana pun terbilang banyak.

"Kalau dibanding, Melbourne orangnya (penduduknya) banyak, kalau di Canberra orangnya dikit banget gitu, jadi pekerjaan itu diimbangi dengan populasi. Jadi semua orang tuh kerja gitu dan enggak ada serobot-serobotan, karena kerjaan memang banyak banget," sambungnya.

Di Canberra sendiri, per jamnya bisa dibayar sekitar 26 dollar Australia atau sekitar Rp265ribu.

"Jadi di Canberra itu satu jamnya itu bisa $26, sudah termasuk pajak dan orang yang orang kerja di Australia itu harus bayar pajak, itu otomatis enggak bisa dihindari," ujarnya.

Titing pun sering bekerja selama empat jam sehari, dia bisa mendapatkan Rp1 juta per harinya.

"Untuk gaji Titing sendiri, ia uang bahwa dirinya bisa mematok harga AUD$25 per jam. Kemudian, dalam sehari ini hanya bekerja selama empat jam dan lima hari dalam seminggu.

"Misalnya kurs Indonesia adalah Rp10 ribu, aku patok lah $25 per jam, dapat (Rp250 ribu). Terus aku cuma ngambil sehari itu empat jam, terus dikali berapa hari dalam seminggu, misalnya aku 5 hari," tuturnya.

Di Australia pun ada sistem kerja shift dengan gaji yang cukup tinggi untuk para pekerjanya.

"Australia juga ada sistemnya shift. Kalau kalian misalnya shift malam itu harganya per jamnya lebih tinggi bisa jadi dua kali lipat dari shift pagi," bebernya.

"Terus di sini juga ada kerja Sabtu-Minggu gitu. Sabtu-Minggu itu gajinya lebih tinggi juga, lalu kalau kita shift malam di hari libur, hari nasional, ini lebih gede lagi karena kita bekerja di hari libur kayak gitu," sambungnya.

"Government memberi kalian kelonggaran untuk bisa bekerja di Australia tapi waktunya tuh cuman 20 jam per minggu, karena itu sudah peraturan dan kalian akan terganggu juga studinya kalau terus-terusan kerja," katanya.

Bekerja di Australia pun harus ingat dengan aturan, karena di sana terbilang sangat ketat.

"Terus kalau kalian misalnya kerja sampai lupa sama studinya, kalian bisa dideportasi. Jadi semua peraturan yang ada di sini itu mengandung sebab dan akibat. Konsekuensinya itu gede banget. Jadi karena peraturan yang jelas itu makanya kita itu serba hati-hati dalam melakukan pekerjaan kayak gitu," pungkasnya.***

Sumber: hops
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita