Kaesang Tak Ingin Jadi Pejabat Publik: Gaji Saya Lebih Tinggi daripada Kakak dan Bapak

Kaesang Tak Ingin Jadi Pejabat Publik: Gaji Saya Lebih Tinggi daripada Kakak dan Bapak

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Kaesang Pangarep mengaku enggan menjadi pejabat publik, seperti wali kota hingga presiden, karena gaji mereka kecil.

Penjelaan Kaesang tersebut disampaikan menjawab pertanyaan warga bernama Feni, saat bertemu dengan sejumlah influencer di salah satu rumah makan di Semarang, Jawa Tengah (Jateng), pada Sabtu (13/1/2024).

"Dulu pernah menulis pernyataan bahwa Mas Kaesang itu tidak terlalu tertarik sama politik. Nah, kenapa sekarang malah mau jadi Ketum PSI?" tanya Feni kepada Kaesang.

"Dulu pernah dengar mau jadi apa itu yang di Depok itu? Wali Kota Depok. Kenapa tidak tertarik menggantikan Mas Gibran saja sebagai Wali Kota di Solo?" sambungnya.

Menjawab pertanyaan itu, Kaesang mengatakan, definisi politikus yang dimaksudnya adalah pejabat publik seperti ayahnya yang kini masih menjabat sebagai presiden atau kakak sulungnya, Gibran Rakabuming Raka yang menjabat Wali Kota Solo.

"Dulu tuh saya ngomong tidak mau jadi politisi, yang ada di kepala saya waktu itu adalah politisi yang jadi pejabat publik," ujar Kaesang.

"Menjadi pejabat publik, ada menjadi Wali Kota Solo, menjadi Gubernur DKI, menjadi presiden, karena seperti yang saya omongkan, gaji mereka kecil," lanjut Kaesang, dikutip Kompas.com.

Saat ini, lanjut Kaesang, dirinya menjadi politikus tetapi tugasnya bukan sebagai pejabat publik melainkan pejabat partai.

"Alhamdulillah, walaupun saya jadi ketum partai, gaji saya tetap lebih tinggi daripada kakak dan bapak saya, karena memang saya masih dibolehkan memegang perusahaan. Saya bilang tadi, bukan pejabat publik, beda," ucap Kaesang menegaskan.

Dalam kesempatan itu, Kaesang juga mengaku ingin membawa gagasannya dalam pemberdayaan sumber daya manusia (SDM), yakni "Enigma", pelatihan yang fokus memfasilitasi program coding dan programming.

Hal itu dalam rangka mempersiapkan tenaga kerja muda lulusan SMK, SMA, atau sederajat untuk mendapatkan pekerjaan.

"Saya tuh kalau misalnya jadi pengusaha, Enigma ini kurikulum, kalau saya hanya jadi pengusaha, saya tidak bisa membawa ini ke pemerintahan," tutur Kaesang.

"Tapi ketika saya jadi politisi, saya bisa membawa kurikulum ini, tolong dipakai kalau memang kurikulum ini bisa berguna bagi anak bangsa seperti yang saya katakan tadi,” imbuhnya, menegaskan.

Sumber: kompas
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita