"Pemilu tahun ini spesial karena pilpres yang sebenarnya mempertaruhkan jabatan tapi secara terselubung. Karena tentu saja tekanannya secara konstitusional (Jokowi) tidak bisa maju lagi maka anaknya yang maju," ujar Bivitri di Gedung Permata Kuningan, Jakarta, Jumat (5/1/2023).
Bivitri menyampaikan meskipun Jokowi tak langsung ikut campur, namun dia meyakini ada kekuasaan terselubung yang membantu memuluskan jalan Gibran untuk menjadi orang nomor dua di Indonesia.
"Kekuasaannya sudah besar sekali 10 tahun ya. Sekarang ini yang kita tahu kekuasaan sudah secara ekspansif dilakukan selama 10 tahun ini. Baik dari aspek hukum, Pembunuhan KPK, pembunuhan masyarakat sipilnya, pembunuhan MK-nya dan juga pelemahan DPR. Artinya kekuasaan itu sedang lucu-lucunya ketimbang pemerintahan yang lalu, setelah kita reformasi," tuturnya.
Maka tidak mengherankan bila banyak sekali polemik yang menyuarakan kecurangan dan keberpihakan terhadap pasangan nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
Lebih lanjut, dia menyampaikan beberapa contoh yang terindikasi sebagai bentuk ikut campurnya kekuasaan saat ini pada proses pemilu. Misalnya, kasus ASN yang mendukung Paslon Prabowo-Gibran hingga baliho pada ikon Welcome to Batam, yang jadi bahan perbincangan beberapa hari terakhir.
"Nyatanya sudah terjadi beberapa peristiwa. Yang paling baru soal ASN satpol PP, baliho di Batam, pembagian susu dan seterusnya ini sudah dimulai ketidak jurdilan ini," kata dia.
Sumber: inilah