GELORA.CO - Pembina Majelis Dzikir Ar-Rohman Basyaiban KH Ahmad Yazid Basyaiban atau yang akrab disapa Gus Yazid prihatin banyaknya tokoh agama khususnya ulama yang menjual dukungan politik hanya karena rupiah.
Menurut Gus Yazid, cara-cara tersebut dianggap menyesatkan umat karena secara tidak langsung menunjukkan budaya korup yang tidak mendidik.
Ironisnya, para pengikut ulama, kiai atau habib ini seolah dianggap bodoh dan tidak tahu melihat sosok yang diteladaninya menerima tamu pejabat ataupun calon pejabat di masa pemilu saat ini.
"Prihatin ini, memprihatinkan. Menjual dukungan politik hanya karena rupiah, ada transaksi disini. Padahal seharusnya yang namanya ulama, kiai, atau Habib ini menunjukkan kerendahan hati dan teladan kepada santrinya. Kalau sudah politik transaksional begini, namanya penyesatan umat," ungkap Gus Yazid di Semarang seperti dikutip Inilahjateng, Rabu (31/1/2024).
Gus Yazid menjelaskan, di era modern era digital saat ini, yang dijual ada media sosial dengan jumlah pengikut yang fantastis. Sementara, yang masih konvensional menawarkan atau menjual proposal.
"Kalau era sekarang main medsos, mereka jual medsos, ini lho followerku banyak, anda berani berapa. Tapi kalau yang masih jadul, ya jual proposal, ini pondok kami seperti ini, jumlah santrinya segini, mau berapa," jelas Yazid yang masih memiliki keturunan trah Sunan Gunung Jati.
Gus Yazid khawatir politik transaksional oleh tokoh-tokoh agama ini justru memicu munculnya politik identitas yang nantinya akan berimbas pada memecah belah masyarakat.
"Kalau sudah ada deal, pastinya tokoh ini akan menunjukkan menceritakan kebaikan-kebaikan dari si calon pejabat atau pejabat dan mengeksplorasi kejelekan-kejelekan rival sang calon pejabat. Ini kan nantinya memicu perpecahan di masyarakat, muncul juga ujaran kebencian," pungkas Yazid.
Sumber: inilah