Disitat dari tayangan YouTube Zahrowy TV, mulanya Prof Ahmad Zahro semula mengatakan, ada kalanya seseorang perlu menunjukan kesaktian. Hal itu tergantung pada situasi.
"Menunjukan kesaktian itu perlu, jadi ada kalanya penting. Ya mohon maaf, (tahun) 65 tidak akan selesai kalau tidak ada orang-orang sakti. Bahkan (tahun) 45 juga. Pahlawan itu saya dapat cerita banyak, bahwa kiai itu banyak yang sakti," tuturnya.
Kemudian, dalam kuliah spritualnya itu ia membahas soal kesaktian Habib Bahar. Itu lantaran banyaknya komentar negatif dari netizen tentang kemampuan yang dimiliki oleh santri juriyah Nabi Muhammad SAW tersebut.
"Jujur saya memang tidak setuju adanya expose, saya tahu orangnya, tokohnya sangat sangat sakti, wes Habib Bahar. Itu sakti banget, makannya ngomong apa aja berani dia," katanya.
"Itu dia punya kesaktian punya murid yang kemudian muridnya itu diekspos kesaktiannya lalu dikomenterian negatif oleh netizen," sambungnya.
Sekali lagi, kata Ahmad Zahro, ekspose memang kadang-kadang bisa menimbulkan dampak negatif.
"Kalau yang diekspos tidak bisa jaga hati bisa ria. Bangga diri itu bahaya. Tapi kalau bisa jaga hati dan niatnya untuk membuat gemetar musuh-musuh Allah bagus, tapi mestinya yang ekspos itu harusnya kiainya, harus tokohnya, karena dia bisa menjaga hati."
"Tapi mungkin Habib Bahar punya pendapat lain," timpalnya lagi.
Menurut Ahmad Zahro, kesaktian bisa didapat sesuai ajaran Islam, tanpa perlu mantra-mantra atau jampi-jampi tertentu.
"Sekaligi lagi, apa dan bagaimana caranya orang bisa sakti? Kalau pakai mantra-mantra, jampi-jampi ya jangan, kita harus menjaga aqidah kita, harus menjaga Tauhid kita, Lailahaillallah Muhammad Rasulullah, tetap itu, apapun yang terjadi itu adalah benteng utama," tegasnya.
"Dan saya yakin kok semua kesaktian itu kalau dalam spiritual Islam itu induknya adalah iman kita."
Sumber: viva